Jumat, 31 Mei 2013

laporan studi kasus postpartum

Diposting oleh Unknown di 23.41 1 komentar

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrohiim
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan study kasus “ Asuhan Kebidanan postpartum P3A0 pada Ny. “S” di RB Mutiara Bunda kecamatan periode 11 februari S/D 23 maret. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjunan kita yakni nabi besar Muhamad SAW, dan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para umatnya termasuk kita semua didalamnya. Amiin. Laporan studi ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas praktik kerja klinik. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak lepas dari bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak baik moril, materil maupun spiritual dari awal hingga terselesaikannya penulisan laporan ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya ingin sampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.      Dra. Hj. Marliah, M.Kes selaku ketua STIKes Bandung,
2.      Fatiah Handayani, SST selaku Ka. Prodi D3 Kebidanan,
3.      Bd Aminah S hidayat, Amkeb, selaku bidan pembimbing dalam penulisan laporan ini,
4.      Reni, SST, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan laporan ini,
5.      Kepada Orang tua, keluarga dan orang terdekat  yang tiada hentinya memberikan dukungan baik moril, materil, maupun spiritual,
6.      Ny, S beserta keluarga yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan,
7.      Teman – teman satu perjuangan yang telah memberikan arti kebersamaan, suka dan duka selama mengikuti perkuliahan,
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan membalas amal serta kebaikan kepada pihak – pihak yang telah membantu selama kegiatan praktek dan membantu saya dalam menyesaikan laporan ini. Saya juga berharap semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan serta bermanfaat bagi semua pihak
Jazakumullahu khairan katsira
Bandung, maret 2013
penulis




                                                                                                                                         

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Post partum adalah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan bayi sampai setelah 2 jam pertama persalinan yang berlangsung antara 6 minggu (42 hari). (Prawiroharjo, 2001)
Masa post partum merupakan masa kritis dimana masa post partum akan menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis, mastitis, tromboplebitis, thrombosis, emboli, post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab terbanyak kematian wanita selama periode post partum.
Asuahan masa nifas diperlukan pada periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam. (Prawiroharjo, 2001)
Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi tidak normal dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan terhadap keadaan kritis yang terjadi. (Saifudin, 2002)
Mengingat perawatan pasien dengan postpartum merupakan masalah yang rawan karena banyaknya komplikasi yang bisa ditimbulkan baik pada ibu maupun janin maka berdasarkan masalah yang terjadi tersebut penulis tertarik untuk menyusun laporan dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM PADA Ny.”S” P3A0 DI RB MUTIARA BUNDA PERIODE 2013”

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam asuhan kebidanan ini adalah “bagaimana asuhan kebidanan postpartum pada Ny. “S” di RB mutiara bunda kecamatan periode 2013 ?

C.    Tujuan

1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan postpartum pada Ny. “S” P3A0  di RB Mutiara Bunda Kecamatan Cileunyi periode 2013 sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.    Tujuan Khusus
1.    Melaksanakan anamnesa pada postpartum pada Ny. “S” P3A0
2.      Melakukan interpretasi data dasar yang diperoleh  pada postpartum pada Ny. “S” P3A0
3.      Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang diperoleh dari postpartum pada Ny. “S” P3A0
4.      Melakukan identifikasi penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
5.      Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh
6.      Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan
7.      Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan

D.    Manfaat

1.    Bagi penulis
            Memberikan pengalaman bagi penulis untuk dapat melakukan asuhan kebidanan masa nifas atau peurperium serta kunjungan langsung ke rumah pasien.
2.    Bagi institusi
            Memberikan pendidikan, pengalaman bagi mahasiswanya dalam melakukan asuhan kebidanan postpartum sehingga dapat menumbuhkan dan mencipatakan bidan terampil, profesional dan mandiri.
3.    Bagi RB Mutiara Bunda
            Memberikan pandangan yang lebih positif atas seluruh pelayanan yang telah diberikan dan dapat menjadi suatu pertimbangan kembali untuk memberikan pelayanan.

E.     schedule kegiatan study kasus

No.
kegiatan
Tanggal (waktu)
25 februari 2013
27 Februari 2013

1.
Pengkajian ibu postpartum 2 jam
(3.55 WIB)


2.
Pengkajian ibu postpartum 3 hari

(9.30 WIB)

3.
Pengkajian ibu postpartum 7 hari


(9.30 WIB)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Masa nifas normal

1.      Pengertian

Masa nifas normal (peurperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti kedaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6 minggu. (sarwono, 2011). Masa nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). Setelah itu, pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberi ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, nutrisi bagi ibu. ( damai yanti, 2011)
            Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun di negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan daan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketersediaan pelayanan atau rendahnya peran fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode antara lain :
1.      Peurperium dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan
2.      Peurperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu
3.      Remote peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu hamil atau waktunya persalinan mempunyai komplikasi. (bahiyatun, 2010)

B.     Perubahan fisiologis masa nifas

1.    Perubahan pada sistem reproduksi
a.    Involusi uterus
involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. (yanti, 2011)
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1)        Iskemia miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2)        Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormonestrogen saat pelepasan plasenta.
3)        Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjangnya sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan.
4)        Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Involusi Uteri
Tinggi fundus uteri
Berat uterus
Diameter uterus
Plasenta lahir
Setinggi pusat
1000 gram
12,5 cm
7 hari (minggu 1)
Pertengahan pusat dan simfisis
500 gram
7,5 cm
14 hari (minggu 2)
 Tidak teraba
350 gram
5 cm
6 minggu
Normal
60 gram
2,5 cm

b.   involusi tempat plasenta
     Uterus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir nifas 1 -2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada ermulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru dibawah permukan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung didalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochea.  (Sastrawinata, 1983 :316)

c.    Perubahan ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diagfragma pelvis fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain : ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi, ligamen fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.
d.   Perubahan pada serviks
Segera setelah melahirkan, seriks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam – hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa dapat masul 2 – 3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak – retak dan robek – robekan pada pinggirnya, terutama pada sampingnya.
e.    Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuaran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lochea. Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nisas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dan pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda –beda pada setiap wanita. Lochea mengalami perubahan karena involusi. Pengeluaran lochea dibagi menjadi lochea rubra, sanguilenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing – masing lochea dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.2 Lochea pada masa nifas
Lochea
Waktu
Warna
Ciri – ciri
Rubra
1 – 3 hari
Merah kehitaman
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah
Sanguilenta
3 – 7 hari
Putih bercampur merah
Sisa darah bercampur lendir
Serosa
7 – 14 hari
Kekuningan/kecoklatan
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
Alba
> 14 hari
Putih
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
(damai yanti, 2011)
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit apabila wanita postpartum dalam berbaring berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu dengan vagina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring kemudian akan mengeluarkan saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. Total jumlah rata – rata pengeluaran lochea sekitar 240 hingga 270 ml.
f. Vulva, vagina dan perineum
Selama proses persalinan vulva vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali kedalam keadaan kendor. Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalian pertama.
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir peurperium dengan latihan harian.


2.    Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem pencernaan
      Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengggangu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot – otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu 3 – 4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaaan, antara lain :
a.    Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
b.    Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia biasa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c.    pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini di sebabkantonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan,dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuh kan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur , antara lain :
1)   Pemberian diet/makanan yang mengandung serat
2)   Pemberian cairan yang cukup
3)   Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahir kan
4)   Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
5)   Bila usaha di atas tidak berhasil dapat di lakukan pemberian huknah atau obat yang lain.
3.    Perubahan Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal pada waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain :
a.    Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalam nya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di dalam sel-sel, yang di sebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma darah, dan langsung di berikan untuk sel-sel yang di sebut cairan interstisial. Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah tertimbun nya cairan dalam jaringan  akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh . Dehidrasi adalah kekurangan  cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
b.    Keseimbangan asam basa tubuh
  Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 di sebut asidosis.
c.    Pengeluaran sisa metabolisme, racun dan zat toksin ginjal.
     Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolism protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.Ibu post partum di anjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman . Namun demikian, pasca melahir kan ibu merasa sulit buang air kecil.
  Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain :
1) Adanya oedema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
2)      Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3)      Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta di lahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan penurunan berat badan sekitar 2,5 Kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang di sebut kebalikan metabolism air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of pregnancy).
Rotveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi di bandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan munkin ada masalah dan sebaik nya segera di pasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih salam waktu 4 jam, lakukan kateterisai dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan  proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan di Buka 4 jam kemudian, bila volume urine < 200 ml, kateter di buka dan pasien di harapkan dapat berkemih seperti biasa.
4.    Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
     Perubahan sistem musculoskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi musculoskeletal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum system musculoskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini di lakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri.
Adaptasi sistem musculoskeletal pada masa nifas, meliputi :
a.    Dinding perut dan peritoneum
  Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectusabdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit.
b.    Kulit abdomen
                     Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-ototdari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal.
c.    Striae
     Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan perut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasismuskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat di kaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.


d.    Perubahan ligamen
     Setelah janin lahir, ligament-ligamen,diafragma pelvis dan fasia yang menegang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor  yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
e.    Simpisis pubis
     Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain : nyeri tekan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau pun saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat di palapasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain :
1)         Nyeri punggung bawah
   Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini di sebabkan ada nya ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi saat persalinan. Penanganan : selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya di rujuk pada fisioterapi untuk mendaptkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktivitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektro terapeutik dikontra indikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat memberikan rasa nyaman pada pasien.
2)         Sakit kepala dan nyeri leher
   Pada minggu pertama dan tiga bulan setela melahirkan, sakit kepala dan migran biasa terjadi. Gejala ini dapat mempemgaruhi aktivitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
3)         Nyeri pelvis posterior
   Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk nyeridn disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis fubisyang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumou berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan : pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahat kan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktivitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
4)         Disfungsi simfisis pubis
Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya , akan terdapat fungsi /stabilitas pelvis yang abnormal, di perburuk dengan terjadi nya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan di sertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan : tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihanabdomen yang tepat; latihaan meningkat kan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai.
5)         Diastasis rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi imbilikus (Nouble,1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat peregangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur  yang salah. Slain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih kearah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastatis. Penanganan : melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xiroid sternum sampai di bawah panggul; latihan transverses dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur  ulang kegiatan sehari-hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisoterapi selama di perlukan.
6)         Osteoporosis akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini di tandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurang nya tinggi badan, postur tubuh yang buruk.
7)         Disfungsi dasar panggul
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
a)   Inkontinensia urin
 Inkontenensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak di sadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stress. Terapi : selama masa antenatal, ibu harus di beri pendidikan mengenai dan dia anjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasr panggul dan transverses sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transverses selama melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transverses segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini di saran kan untuk di rujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memeberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi.
b)  Inkontinensia alvi
Inkontinensia alvi disebabkan oleh robek nya atau meregangnya sfinger anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan. Penanganan : rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus. (Snooks et al, 1985)
c)   Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per vagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis.Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps rectum kedalam vagina. Gejala yang di rasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain; merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat. Penanganan : prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul. (Thakar & Stanton, 2002)




5.    Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
a.    Hormon Plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (human placenta lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b.   Hormon pituitary
Hormon pituary  antara lain : hormon prolaktin, FSH dsn LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c.    Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
d.   Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahan kan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
e.    Hormon estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti diuretic yang dapat meningkat kan volume darah. Sedangkan hormone progesterone mempengarungi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
6.    Perubahan Fisioogis Masa Nifas Pada Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas,tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
a.    Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 Derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain . Apabila kenaikan suhu diatas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
b.   Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.

c.    Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
d.   Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partu menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.


7.    Perubahan Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diusresis terjadi akibat adanya penurunan hormone esterogen, yang dengat cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar esterogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat. Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan bayak sekali jumlah urin.
Hilangnya progesterone membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Kehilangan  darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan ppersalinan seksio sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelam 4-6 minggu. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordial.
 Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme konpensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post partum.
8.    Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bias naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
 Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi  oleh stauts gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau  lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
 Titik 2 persen kuranglebih saa dengan kehilangan darah 500ml darah. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan normal pada 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.

C.    Proses adaptasi psikoligis ibu dalam masa nifas

1.    Adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas


     Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a)    Fungsi menjadi orang tua.
b)   Respon dan dukungan dari keluarga.
c)    Riwayat dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
d)   Harapan, keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain:
1)   Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada diri nya sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan yang di alami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang tidur,kelelahan. Hal yang perlu diperhatikam pada fase ini adalah istirahat yang cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
(a)       Kekecewaan pada bayi nya.
(b)      Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
(c)       Rasa bersalah karena belum biasa menyusui bayi nya.
(d)      Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2)   Fase taking hold
Fase ini berlansung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam perawatan bayi nya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, Dukungan dan pemberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan antara lain : mengajarkan cara perawatn bayi, cara menyusui yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pndidikan kesehatan gizi, istirahat, kebersihan diri dan lain-lain.
3)   Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran baru nya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayi nya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan bayi nya. Ibu merasa percaya diri akan peran baru nya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawta bayi. Kebutuhan akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
(a) Fisik.
 Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.
(b) Psikologi.
Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
(c) Sosial.
Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur  ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa kesepian.
(d)Psikososial.

2.    Post partum Blues

Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan dengan bayi nya di sebut baby blues. Penyebab nya antara lain: perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang ibu alamai akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran ibu nya.
            Gejala baby blues antara lain:
a)    Menangis.
b)   Perubahan perasaan.
c)    Cemas.
d)   Kesepian.
e)    Khawatir dengan bayinya.
f)    Penurunan libido.
g)   Kurang percaya diri.
Hal-hal yang disarankan pada ibu adalah sebagai berikut :
1)   Minta bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat.
2)   Beritahu suami tentang apa yang di rasakan oleh ibu.
3)   Buang rasa cemas atau khawatir akan kemampuan merawat bayi.
4)   Meluangkan waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri.
Ibu merasakan kesedihan karena kebebasan, otonomi, interaksi social, kurang kemandirian. Hal ini akan mengakibatkan depresi pasca persalian (depresi post partum). Depresi masa nifas merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15 persen. Postpartum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru. Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan banyak istirahat. Adapun gejala dari depresi post partum adalah :
(a)    Sering menangis.
(b)    Sulit tidur.
(c)    Nafsu makan hilang.
(d)   Gelisah.
(e)    Perasaan tidak berdaya atau hilang control
(f)      Cemas atau kurang perhatian pada bayi.
(g)    Tidak menyukain atau takut menyentuh bayi.
(h)    Pikiran menankutkan mengenai bayi.
(i)      Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.
(j)      Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless).
(k)    Penurunan atau peningkatan berat badan.
(l)      Gejala fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.

Beberapa faktor predisposisi terjadinya depresi post partum adalah sebagai berikut :
(1)     Perubahan hormonal yang cepat (yaitu hormone prolaktin, steroid, progesterone, dan estrogen).
(2)     Masalah medis dalam kehamilan (PH, diabetes mellitus, disfungsi tiroid).
(3)     Karakter pribadi (harga diri, ketidakdewasaan).
(4)     Marital dysfunction atau ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain.
(5)     Riwayat depresi, penyakit mental dan alkoholik.
(6)     Unwanted pregnancy.
(7)     Terisolasi.
(8)     Kelemahan,gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, kelahiran anak dengan kecacatan/penyakit.
Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas, maka segeralah memberitahu suami,bidan atau dokter. Penyakit  ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau konsultas dengan psikiater. Perawatan dirumah sakit akan diperlukan apabila ibu mngalami depresi berkepanjangan.
Beberapa intervensi  yang dapat membantu ibu terhindar dari depresi post partum antara lain :
a.         Pelajari diri sendiri.
b.        Tidur dan makan yang cukup.
c.         Olahraga.
d.        Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan.
e.         Beritahukan perasaan anda.
f.         Dukungan keluarga dan orang lain.
g.        Persiapan diri yang baik.
h.        Lakukan pekerjaan rumah tangga.
i.          Dukungan emosional
j.          Dukungan kelompok depresi post partum.
k.        Bersikap tulus ikhlas dalam menerima peran barunya.
1)      Depresi Berat
     Depresi berat disebut juga dengan sindrom depresi non psikotik pada kehamilan sampai beberapa minggu/bulan setelah melahirkan.
Gejala-gejala depresi berat adalah :
(a)      Perubahan mood.
(b)     Gangguan tidur dan pola makan.
(c)      Perubahan mental dan libido.
(d)     Pobhia, ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayi nya.
Penatalaksaan depresi berat adalah sebagai berikut :
(1)     Dukungan keluarga dan sekitar.
(2)     Terapi psikologis.
(3)     Kolaborasi dengan dokter.
(4)     Perawatan rumah sakit.
(5)     Hindari rooming in dengan bayi nya.
2)      Psikosis Post Partum
Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masa kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.
Faktor penyebab psikosis post partum antara lain :
(a)      Riwayat keluarga  penderita psikiatri.
(b)     Riwayat ibu menderita psikiatri.
(c)      Maslah keluarga dan perkawinan.
Gejala psikosis post partum sebagai berikut :
(1)     Gaya bicara keras.
(2)     Menarik diri dari pergaulan.
(3)     Cepat marah.
(4)     Gangguan tidur.

3.    Kesedihan dan Duka cita

Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena kematian bayi meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara yang sehat. Berduka adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses kehilangan terdiri dari tahap atau fase identifikasi respon tersebut.
Tugas berduka, istilah ini diciptakan oleh Lidermann, menunjukan tugas bergerak melalui tahap proses berduka dalam menentukan hubungan baru yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan tugas berduka penting agar berduka tetap normal. Kegagalan melakukan tugas berduka, biasanya disebab kan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat dan stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan reaksi berduka abnormal atau patologis.
            Tahap-tahap berduka :
a)        Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi : penyangkalan, ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian,kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang konsentrasi.
Manifestasi klinis :
1)    Gel distress somatic yang berlansung selama 20-60 menit
2)    Menghela nafas panjang
3)    Penurunan berat badan
4)    Anoreksia, tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
5)    Penampilan kurus dan tampak lesu
6)   Rasa penuh ditenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada, gemetaran internal.
7)    Kelemahan umum dan kelemahan tertentu pada tungkai.
b)        Berduka
Ada penderitaan, fase realitas. Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap realitas yang harus ia lakukan terjadi delama periode ini. Contoh nya orang yang berduka menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan membuat perencanaan karena ada nya deformitas.
Nyeri karena kehilngan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang  dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan. Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah salah satu bentuk pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang berduka terus berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka. Dominasi kehilngan secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan.
c)         Resolusi
Fase menetukan hubungan baru yang bemakna. Selama periode ini seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuain telah komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang bermakna.
Manifesta perilaku reaksi berduka abnormal atau patologis meliputi :
(1)     Menghindari dan distorsi pernyataan emosi berduka normal
(2)     Depresi agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit menular atau terakhir yang di derita orang yang meninggal.
(3)     Aktivitas yang merusak keberadaan sosial ekonomi individu
(4)     Mengalami kehilangan pola insteraksi sosial.
Tanggung jawab utama bidan dalam peristiwa kehilngan adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan juga harus mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan dapat di panggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.
(a)      Kemurungan masa nifas

Kemurungan masa nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama kehamilan, persalinan dan nifas. Kemurungan pda masa nifas merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian akan hilang dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala kemurungan masa nifas antara lain : emosional, cemas, sedih, khawatir, mudah tersinggung, cemas, hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, sering menangis. Etiologi : perubahan yang terjadi dalam kehamilan, perubahan cara hidup, perubahan hormonal.
     Kemungkinan dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyaman jasmani, rasa letih, stress, maupun kecemasan. Penatalaksanaan : bicarakan apa yang di alami ibu, temani ibu, beri kesempatan ibu untuk bertanya, beri dorongan ibu untuk merawat bayinya,biarkan ibu untuk bersama dengan bayinya, gunakan obat bila perlu.
(b)      Terciptanya Ikatan Ibu dan Bayi

Menciptakan ibu dan bayi di lakukan segera setelah kelahiran dengan cara memotivasi pasangan orang tua untuk memegang dan menyentuh bayinya, memberi komentar positif, melatakan bayi disamping ibu nya.

D.    Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas

1.    Nutrisi dan cairan

Ibu nifas memerlukan nutrisi dan cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a.    Mengonsumsi makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari.
b.    Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
c.    Minum sedikit nya 3 liter setiap hari.
d.   Mengonsumsi tablet besi selama 40 hari post partum.
e.    Mengonsumsi vitamin A 200.000 intra unit.
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara lain :
1)        Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500 kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas jangan mengurangi kebuthan kalori, kerena akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
2)        Protein
Kebutuhan protein yang dibutuh kan adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan 3 gelas susu, dua butir telur, lima putih telur, 120 gramm keju, 1 ¾ gelas youghurt, 120-140 gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
3)        Kalsium dan vit D
Kalsium dan vit D berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vit D di dapat dari minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa mnyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju, satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280 gram tahu kalsium.
4)        Magnesium
Magnesium dibutuh kan sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tualng, kebutuhan magnesium di dapat pada gandum dan kacang - kacangan.
5)        Sayuran hijau dan buah
kebutuhan yang di perlukan sedikit nya tiga porsi sehari. Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾ cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah di masak, satu tomat.
6)        Karbohidrat kompleks
Selama menyusui, kebutuhan karbohidrat komplek dperlukan 6 porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½ cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris roti dari bijian utuh, ½ kue mufiin dr bijian utuh,n 2-6 biskuit kering ata crakers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram mi/pasta dari bijian utuh.
7)        Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi) perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir eskrim, ½ bauh alpukat, dua sendok makan selai kacang, 10-140 gram daging tanpa lemak, Sembilan kentang goring, dua iris cake, satu sendok makan mayones,atau mentega, atau dua sendok makan saus salad.
8)        Garam  
Selama periode nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang asin, keripik kentang atau acar.
9)        Cairan
Konsumsi cairan sebnyak 8 gelas per hari. Minum sedikit nya 3 liter setiap hari. Kebutuhan akan cairan di peroleh dari air putih, sari buah, susu dan sup.
10)    Vitamin
Kebutuhan vitamin selama menyusui sangat dibutuh kan. Vitamin yang diperlukan antara lain :
a.         Vitamin A yang berguna bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati dan keju. Jumlah yang dibuth kan adalah 1,300 mcg.
b.         Vitamin B6 membantu penyerapan protin dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebnyak 2,0 mg per hari. Vitamin B6 dapat di temui di daging, hati, padi-padian, kacang polong dan kentang.
c.         Vitamin E berfungsi sebagai anti oksidan, meningkat kan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati, dan gandum.
11)     Zinc (seng)
Berfungsi untuk kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan, kebutuhan zinc di dalam seefood, hati dan daging. dapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam pencernaan dan metabolism memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar 12 mg.

12)    DHA
DHA penting untuk perkembangan daya lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.

2.    ambulasi

Setelah bersalin, ibu akan merasa lelah. Oleh karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi  yang di lakukan tergantung pada komplikasi persalian, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidur nya, ibu post partum diperbolehkan bangun dari tempat tidur nya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
             Keuntungan ambulasi dini adalah:
a)        Ibu merasa lebih sehat dan kuat
b)        Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru, dan perkemihan lebih baik,
c)        Memungkin kan untuk mngajarkan perawatan bayi pada ibu
d)       Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai
e)        Sesuai dengan keadaan Indonesia (social ekonomis).
Menurut penelitian mobilisasi dini tidak berpengaruh bruk, tidak menyebabkan perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomi maupun luka diperut, serta memperbesar kemungkinan prolapsus uteri. Early ambulation tidak dianjurkan padak ibu pos partum dengan penyulit, seperti anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.

3.    eliminasi

a)        Miksi
Buang air kecil sendiri sebaik nya dilakukan secepat nya. Miksi normal biala dapat BAK spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena spingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulospingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedema kandung kemih selama persalinan. Lakukan keteterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
b)       Defeksasi
Ibu di harapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur: cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olah raga; berikan obat rangsangan per oral/per rectal atau lakukan klisma bilamana perlu.

4.    Kebersihan diri

Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkat kan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hala yang dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :
a.    Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
b.    Mengganti pakaian dan alas tempat tidur
c.    Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
d.   Melakukan perawatan perineum
e.    Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari
f.     Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.

5.    istirahat

Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup,istirahat tidur yang dibuuh kan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahat nya antara lain:
a.         Anjurkan ibu untuk cukup istirahat.
b.        Sarankan ibu untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan.
c.         Tidur siang atau istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
1)          Jumlah ASI berkurang.
2)          Memperlambat proses involusio uteri
3)          Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi.

6.    seksual

Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung suami istri tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang. Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
a)    Gangguan/ketidaknyamanan fisik.
b)   Kelelahan
c)    Ketidakseimbangan hormone
d)   Kecemasan berlebihan
Program KB sebaik nya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 4 hari (6minggu), sengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaik nya perhatikan waktu, penggunaan konstrapsi, dispareuni , kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
Beberapa cara yang dapat mngatasi kemesraan suami istri setelah periode nifas antara lain:
1)        Hindari menyebut nama ayah dan ibu
2)        Mencari pengasuh bayi
3)        Membantu kesibukan istri
4)        Menyempatkan berkencan
5)        Meyakinkan diri
6)        Bersikap terbuka
7)        Konsultasi dengan ahlinya.

7.    senam nifas

 Organ-organ tubuh wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang di lakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh.
Beberapa factor yang menentukan kesiapan ibu untuk memulai senam nifas antara lain :
a)              Tingkat kebugaran tubuh ibu
b)             Riwayat persalinan
c)             Kemudahan bayi dalam pemberian asuhan
d)            Kesulitan adaptasi post partum
Tujuan senam nifas adalah sebagai berikut :
1)   Membantu mempercepat pemulihan kondisi ibu
2)   Mempercepat proses involusio uteri
3)   Membantu memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan perineum.
4)   Memperlancar pengeluaran lochea
5)   Membantu mengurangi rasa sakit
6)   Merelaksasikan otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7)   Mengurangi kelainan dan komplikasi masa nifas
Manfaat senam nifas antara lain :
(a)       Membantu memperbaiki sirkulasi darah
(b)      Memperbaiki sikap tubuh dan punggung pasca persalinan
(c)      Memperbaiki otot tonus,pelvis dan peregangan otot abdomen
(d)     Memperbaiki dan memperkuat otot panggul
(e)      Membantu ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas antara waktu malam. Sebelum melakukan senam nifas , persiapan yang dapat dilakukan adalah :
(1)          Mengenakan baju yang nyaman untuk olah raga
(2)           Minum banyak air putih
(3)           Dapat dilakukan di tempat tidur
(4)           Dapat diiringi musik
(5)           Perhatikan keadaan ibu.

8.    perawatan payudara

Untuk mencegah masalah – masalah yang mungkin timbul pada ibu menyusui, sebaiknya perawatn payudara dilakukan secara rutin. Seperti dikemukakan bahwa salah satu usaha untuk memperbanyak ASI adalah dengan memberi perawatan khusus, yaitu dengan memberi perawatan khusus, yaitu dengan pemberian rangsangan pada otot – otot payudara. Perawatan payudara untuk memperbanyak ASI ada dua cara yaitu yang dapat dilakukan bersamaan. Cara tersebut ialah pengurutan dan penyiraman payudara. Pengurutan massase dilakukan untuk memberikan rangsangan pada kelenjar air susu ibu untuk memproduksi air susu ibu. Pengurutan ini dilakukan pada pagi dan sore, sebaiknya sebelum mandi, dan diteruskan dengan penyiraman yang dilakukan bersamaan ketika mandi. Alat – alat yang diperlukan untuk pengurutan dan penyiraman payudara  :
a.    Pelumas kulit, biasanya digunakan minyak kelapa, bedak talc, sabun dapat dipilih yang disukai oleh ibu.
b.   Handuk kecil/waslap/kain yang bersih, lembut, cukup tebal, dan mudah menyerap air, sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara sesudah diurut
c.    Handuk besar dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung dan satu lembar lagi untuk mengeringkan dapat dipakai juga untuk mandi.
d.   Kom besar dua buah untuk menampung air panas dan dingin.
e.    Kutang/bra bersih yang sesuai dengan ukuran payudara ibu, serta perlengkapan pakaian lainnya.
Cara mengerjakan :
a.        Alat – alat disediakan didekat ibu. Cuci tangan dan lakukan pengurutan lebih dulu. Caranya :
1)   Kedua telapak tangan diberi bedak talc atau dibasuh dengan minyak.
2)   Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan yang kanan diurut dengan tangan kanan (bila yang mengerjakan ibu sendiri). Bila dikerjakan bidan atau perawat, payudara kiri diurut dengan tangan kanan, dan yang kanan dengan tangan kiri.
3)   Pengurutan dari arah tengah memutar kesamping, lalu ke bawah, dan kerjakan berulang selama 10 – 15 menit.
4)   Bagian samping payudara diurut dari pangkal kearah puting 10 – 15 kali.
5)   Pengurutan bagian bawah payudara ke arah puting 15 – 20 kali.
b.        Setelah pengurutan, teruskan dengan penyiraman.
1)        Pasien duduk atau berdiri, pakaian bagian ata dibuka, punggung ditutup dengan handuk.
2)        Kom air panas dan dingin di sediakan, sebaiknya dikamar mandi.
3)        Pertama, siram payudara dengan air hangat.
4)        Penyiraman dilakukan dengan cepat sampai kurang lebih 10 kali, bergantian antara air dingin dan air hangat, sampai air hangat turun suhunya.
5)        Penyiraman atau pengguyuran terakhti ialah dengan air hangat.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara, sebaiknya setiap kali menyusui gunakan kedua payudara secara bergantian. Usahakan sampai payudara terasa kosong agar produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (bra/BH) yang dapat menyangga payudara dan tidak terlalu ketat.



BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM PADA NY “S” P3A0 DI RB MUTIARA BUNDA KECAMATAN CILEUNYI PERIODE 2013

A.    Asuhan Postpartum 2 jam

No Register                 : S6/13
Hari/Tanggal               : Senin 25 februari 2013
Pengkaji                      : Inten Nurkomalawati
Waktu pengkajian       : 03.55 WIB
Tempat                        : RB MUTIARA BUNDA

       I.            SUBJEKTIF

a.    identitas
ISTRI                                                            SUAMI
Nama                     : Ny S                                                  Tn y
Umur                     : 30th                                                   35th
Alamat                  : panyaungan rt 4/3                             panyaungan rt 4/3
Pekerjaan               : IRT                                                    buruh
Pend terakhir         : SMP                                                  SMP
Agama                   : islam                                                  islam
b.    Keluhan utama : Tidak ada
c.    Riwayat obstetri lalu
Tabel 3.1 Riwayat obstetri lalu
No
KEHAMILAN
PERSALINAN
ANAK
NIFAS
KET
Uk
Penyulit
Jenis persalinan
Tempat
penyulit
Penolong
BB
PB
JK
KET
Lama menyusui
penyulit


1.
9 bln
t.a.k
Normal
Di rumah
Tidak ada
Bidan& paraji
2,5kg
42 cm
P
H
± 1 thn
t.a.k


2.
9 bln
t.a.k
Normal
Di rumah
Tidak ada
Bidan& paraji
900gr
40 cm
P
H
± 2 thn
ada

BBLSR

d.      Riwayat persalinan sekarang

Tanggal dan jam                : 25 februari 2013
Tempat                               : Rumah Bersalin
Penolong                           : Bidan
Jenis Persalinan                : Normal
Komplikasi persalinan      : Tidak ada
Robekan Jalan lahir          : Tidak ada
BB Anak                          : 2600 gr
PB Anak                          : 42 cm
Jenis Kelamin                  : Laki laki

e.       Pola kehidupan sehari – hari
-                 Nutrisi
Ibu mengatakan bisa makan sejak setengah jam pasca melahirkan, ibu menghabiskan 1 porsi nasi dan telor
-                 Hidrasi
Ibu mengatakan sudah minum kurang lebih satu gelas
-                 Personal hygiene
Ganti pembalut           : Ibu mengatakan belum ganti pembalut
-                 Pola eliminasi
BAK                           : 1 kali sejak melahirkan
-                 Pola istirahat  
Ibu mengatakan belum tidur setelah melahirkan
-                 Pola mobilisasi
Ibu mengatakan sudah ke kamar mandi
-                 Pola kehidupan yang merusak kesehatan
Ibu mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
f.       Pemberian ASI
Frekuensi         : setiap bayi menginginkan
Lamanya         : 10 – 15 menit
g.      Rencana penggunaan kontrasepsi
Waktu penggunaan kontrasepsi                      : Sudah waktu selesai ari – ari keluar (postplasenta)
Jenis kontrasepsi yang akan digunakan          : IUD
h.      Tanda – tanda bahaya pasca salin

    II.            OBJEKTIF

a.       Pemeriksaan fisik
Keadaan umum           : Baik
Kesadaran                   : composmentis
1.      Tanda – tanda vital
Tekanan darah              : 110/80 mmHg
Respirasi                      : 22 x/menit
Suhu                            : 36,5 oC
Nadi                            : 80 x/menit
2.      Wajah
Oedema                       : tidak ada
Sklera                          : putih (tidak ikterik)
Conjungtiva                : merah muda (tidak anemis)
3.      Leher                          
Pembengkakan kelenjar tiroid              : tidak ada 
Pembengkakan kelenjar limfe             : tidak ada
Peningkatan vena jugularis                 : tidak ada
4.      Payudara
Kebersihan                  : bersih
Bentuk                                    : simetris
Keadaan putting         : kurang menonjol
Konsistensi                  : lunak
Pengeluaran ASI         : ada, banyak
5.      Abdomen
Bekas luka operasi      : tidak ada
TFU                             : 1 jari dibawah  pusat
Konsistensi                  : keras
Kandung kemih          : kosong
Diastasis recti              : tidak ada
6.      Genetalia
Kebersihan                  : bersih
Jenis lochea                 : rubra
Jumlah                         : ± 15 cc
Bekas luka jahitan perineum : tidak ada
7.      Anus
Hemoroid                    : tidak ada
8.      Kaki
Oedema                       : tidak ada
Varises                                    : tidak ada
Refleks patella                        : positif
 III.            ANALISA : P3A0 postpartum 2 jam

 IV.            PENATALAKSANAAN

1.      Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.      Memberikan kapsul vitamin A (200.000 IU) 1 buah tablet Fe 1x1 tab, antibiotik 3x500 mg dan paracetamol 2x500 mg
Evaluasi : obat telah diberikan kepada ibu
3.      Mengajarkan ibu massase uterus agar tidak terjadi perdarahan
Evaluasi : ibu bisa melakukannya
4.      Memberitau ibu agar tidur supaya proses involusi berjalan dengan baik
Evaluasi : ibu mau melakukannya
5.      Membantu ibu untuk memberikan ASI awal agar ibu mengetahui pentingnya ASI untuk bayinya
Evaluasi : ibu menyusui bayinya
6.      Memfasilitasi ibu untuk bounding attachment dan rooming in agar bayinya tidak hipotermi dan menjalin hubungan yang erat antara ibu dan bayinya
Evaluasi : ibu melakukannya
7.      Sebelum pulang, berikan KIE ibu tentang :
-          BAB dan BAK yang normal pada bayi
-          Perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar
-          Cara mengatasi payudara kurang menonjol dengan teknik hoffman
-          ASI eksklusif dan meyakinkan ibu untuk tidak memberikan dot/empeng
-          Menghindari rokok dari jangkauan bayi karena akan mengganggu kesehatan bayi
-          Memberi kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan terkait apa pun yang ingin di tanyakan via telepon
8.      Melakukan informed consent akan dilakukan kunjungan rumah pada minggu ke 1 postpartum yaitu tanggal 27 februari 2013
Evaluasi : ibu menyetujuinya










B.     Asuhan postpartum 3 hari

No Register                 : S6/13
Hari/Tanggal               : Rabu 27 februari 2013
Pengkaji                      : Inten Nurkomalawati
Waktu pengkajian       : 09.30 WIB
Tempat                        : Rumah pasien, panyaungan rt 4/3

       I.            SUBJEKTIF

a.    Keluhan
 ibu mengatakan susah BAB, tanda bahaya ibu nifas disangkal ibu.
b.    Pola kehidupan sehari – hari
-       Pola nutrisi
Makan                                                    Minum
Frekuensi           : 2 – 3 kali/ hari           frekuensi         : 3 kali/ hari
Jenis       : nasi dan sayur                       jenis                 : air putih
-       Personal hygiene
Mandi                : 1 kali/hari
Ganti pembalut  : 3 kali/hari
-       Pola eliminasi
BAB      : Belum BAB
BAK      : 3 kali/hari
-       Pola istirahat
Malam    : 3 – 4 jam
Siang      : tidak pernah
-       Pola mobilisasi
Ibu mengatakan sudah kembali ke aktivitas pekerjaan rumah tangga nya
-       Pola kehidupan yang merusak kesehatan
Ibu mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
c.    Pemberian ASI
-       Frekuensi           : setiap bayi menginginkan
-       Lamanya            : 10 – 15 menit

    II.            OBJEKTIF

a.    Pemeriksaan fisik
Keadaan umum      : Baik
Kesadaran               : composmentis
1.    Tanda – tanda vital
Tekanan darah         : 100/70 mmHg
Respirasi                 : 21 x/menit
Suhu                       : 36,7 oC
Nadi                                    : 82 x/menit
2.    Wajah
Oedema                              : tidak ada
Sklera                                  : putih (tidak ikterik)
Conjungtiva                        : merah muda (tidak anemis)
3.    Payudara
Kebersihan              : bersih
Bentuk                    : simetris
Keadaan putting     : kurang menonjol
Konsistensi             : lunak
Pengeluaran ASI    : ada, banyak
4.    Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
TFU                        : 3 jari dibawah  pusat
Konsistensi             : keras
Kandung kemih      : kosong
Diastasis recti         : tidak ada
5.    Genetalia
Kebersihan                                      : bersih
Jenis lochea                                     : rubra
Jumlah                                            : ± 15 cc
Bekas luka jahitan perineum           : tidak ada
6.    Anus
Hemoroid               : tidak ada
7.    Kaki
Oedema                  : tidak ada
Varises                    : tidak ada
Refleks patella        : positif
8.    Pemeriksaan penunjang
Protein Urine          : negatif
Glukosa Urine        : negatif
 III.            ANALISA : P3A0 postpartum 3 hari

 IV.            PENATALAKSANAAN

1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
     Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.    Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran hijau, protein tinggi dan buah – buahan seperti sayur bayam, kangkung dan pepaya.
     Evaluasi : Ibu mau melakukannya dan berjanji akan memkonsumsinya
3.    Memberitahu ibu untuk minum 3 Liter perhari atau kurang lebih 8 gelas perhari.
     Evaluasi : ibu mau dan akan melakukannya
4.    Menyarankan ibu untuk tidur siang atau beristirahat ketika bayinya tertidur agar ibu tidak terlalu kelelahan dan kurang istirahat karena kurang istirahat dapat menyebabkan Jumlah ASI berkurang Memperlambat proses involusi uteri, Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan merawat bayi.
     Evaluasi : Ibu mengerti dan akan mencoba untuk tidur saat bayinya tertidur
5.    Menganjurkan ibu untuk mandi teratur minimal 2 kali sehari, melakukan perawatan perineum yaitu mencucinya dari depan ke belakang dan mengeringkannya dengan handuk bersih, mengganti pembalut minimal 6 kali sehari, dan mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.
     Evaluasi : Ibu mau melakukannya
6.    Mengajarkan ibu untuk senam nifas seperti senam kegel.
     Evaluasi : Ibu dapat mengikuti gerakan yang diajarkan pada senam nifas
7.    Menjelaskan tanda – tanda bahaya pada masa nifas yaitu
a.    demam tinggi,
b.    perdarahan vagina yang luar biasa
c.    nyeri abdomen
d.    sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan,
e.     pembengkakan wajah, jari –jari atau tangan,
f.     rasa sakit atau merah bengkak di bagian betis atau kaki tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas terengah – engah,
g.     kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama,
h.    sakit waktu buang air kecil.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya pada masa nifas dan akan memberitahu bidan bila mengalami salah satu tanda pada masa nifas
8.    Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 3 maret 2012 untuk pemeriksaan fisik ibu dan imunisasi Hb0 dan polio untuk bayinya.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan kontrol kembali satu minggu kemudian pada tanggal 6 maret 2013
9.    Mendokumentasikan hasil asuhan pada catatan SOAP.
Evaluasi : sudah di dokumentasikan












C.    Asuhan postpartum 7 hari

No Register                 : S6/13
Hari/Tanggal               : Minggu 3 Maret 2013
Pengkaji                      : Inten Nurkomalawati
Waktu pengkajian       : 09.30 WIB
Tempat                        : Rumah pasien, panyaungan rt 4/3

       I.            SUBJEKTIF

a.    Keluhan
Tidak ada keluhan.
b.    Pola kehidupan sehari – hari
-       Pola nutrisi
Makan                                                    Minum
Frekuensi           : 2 – 3 kali/ hari           frekuensi         : 3 kali/ hari
Jenis                   : nasi dan sayur           jenis                 : air putih
-       Personal hygiene
Mandi                : 1 kali/hari
Ganti pembalut  : 3 kali/hari
-       Pola eliminasi
BAB      : Belum BAB
BAK      : 3 kali/hari
-       Pola istirahat
Malam    : 3 – 4 jam
Siang      : tidak pernah
-       Pola mobilisasi
Ibu mengatakan sudah kembali ke aktivitas pekerjaan rumah tangga nya
-       Pola kehidupan yang merusak kesehatan
Ibu mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
c.    Pemberian ASI
-       Frekuensi           : setiap bayi menginginkan
-       Lamanya            : 10 – 15 menit
d.   Tanda – tanda bahaya masa nifas
-       Demam                                                              : tidak ada
-       Kelelahan/sulit tidur                                          : tidak ada
-       Sakit kepala terus menerus                                : tidak ada
-       Gangguan penglihatan                                       : tidak ada
-       Bengkak pada payudara                                                : tidak ada
-       Merasa kurang mampu merawat bayi                : tidak ada
-       Bengkak pada payudara, puting pecah – pecah: tidak ada
-       Merasa kurang mampu merawat bayi                  : tidak ada
-       Kesulitan dalam merawat bayi                             : tidak ada
-       Nyeri abdomen yang hebat                                   : tidak ada
-       Nyeri waktu BAK                                             : tidak ada
-       Cairan per vaginam (lochea) yang berbau          : tidak ada
-       Konstipasi                                                          : tidak ada
-       Haemoroid                                                         : tidak ada
-       Kesedihan                                                          : tidak ada
-       Perdarahan                                                         : tidak ada

    II.            OBJEKTIF

a.    Pemeriksaan fisik
Keadaan umum      : Baik
Kesadaran               : composmentis
1.      Tanda – tanda vital
Tekanan darah         : 120/70 mmHg
Respirasi                 : 21 x/menit
Suhu                       : 36,7 oC
Nadi                        : 82 x/menit
2.    Wajah
Oedema                              : tidak ada
Sklera                                  : putih (tidak ikterik)
Conjungtiva                        : merah muda (tidak anemis)
3.    Leher                                 
Pembengkakan kelenjar tiroid         : tidak ada 
Pembengkakan kelenjar limfe          : tidak ada
Peningkatan vena jugularis              : tidak ada
4.    Payudara
Kebersihan              : bersih
Bentuk                    : simetris
Keadaan putting     : kurang menonjol
Konsistensi             : lunak
Pengeluaran ASI    : ada, banyak
5.    Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
TFU                        : 3 jari dibawah  pusat
Konsistensi             : keras
Kandung kemih      : kosong
Diastasis recti         : tidak ada
6.    Genetalia
Kebersihan                                      : bersih
Jenis lochea                                     : rubra
Jumlah                                            : ± 15 cc
Bekas luka jahitan perineum           : tidak ada
7.    Anus
Hemoroid               : tidak ada
8.    Kaki
Oedema                  : tidak ada
Varises                    : tidak ada
Refleks patella        : positif
9.    Pemeriksaan penunjang
Protein Urine          : negatif
Glukosa Urine        : negatif
Hb                           : 11gr/%
 III.            ANALISA : P3A0 postpartum 3 hari

 IV.            PENATALAKSANAAN

1.    Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
     Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.      Memastikan tidak adanya tanda – tanda bahaya masa nifas.
Evaluasi : tidak ada tanda – tanda bahaya
3.        Mengingatkan kembali kepada ibu agar tetap makan makanan yang diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Evaluasi : ibu mengerti
4.        Mengingatkan kembali kepada ibu tentang senam nifas agar selalu dilakukan agar proses pemulihan berjalan dengan baik dan cepat.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan selalu melakukannya
5.      Memberitahu ibu untuk kontrol 6 april 2013 untuk kontrol benang IUD.
Evaluasi :ibu mengetahui
6.      Mendokumentasikan hasil asuhan pada catatan SOAP.
Evaluasi : sudah dilakukan

 

 











BAB IV

PEMBAHASAN

       Setelah dilakukan pengkajian serta memberikan asuhan kebidanan pada NY “S” P3A0 DI RB MUTIARA BUNDA Kecamatan Cileunyi Periode 2013 penulis menyimpulkan bahwa :
A.      PENGKAJIAN
       Pada postpartum normal dapat ditandai dengan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Tanda – tanda vital normal yaitu tekanan darah sistole : 100 -130 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg, nadi 60 – 80 x/menit. Pada hari ke satu sampai ketiga disebut lochea rubra berwarna merah kehitaman, pada hari keempat sampai sepuluh disebut lochea sanguinolenta berwarna coklat. TFU pada 2 jam postpartum masih 1 jari dibawah pusat , 3 hari postpartum 3 jari dibawah pusat, 7 hari postpartum ,sudah terletak dipertengahan antara pusat dan simfisis pubis. Konsistensinya keras, laktasinya 1 – 3 hari colostrum kemudian ≥ 3 hari sudah terjadi pengeluaran ASI. (prawirohardjo, 2005)
Pada Ny.S P3Adi dapat tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80kali/menit, pernafasan 22kali/menit dan suhu 36,50C. Pada 2 jam postpartum TFU 1 jari di bawah pusat, 3 hari postpartum TFU sudah 3 jari dibawah pusat dengan pengeluarn lochea sanguilenta, konsistensi nya keras dan kontraksinya baik. 7 hari postpartum TFU terletak antara pusat dan simpisis dengan pengeluaran lochea serosa. Maka tidak ada kesenjangan antara teori dengan dilapangan.

B.     Interprestasi data pada langkah interprestasi data pada Ny.S P3A0
            Penulis menegakan diagnosa dengan melihat keadaan umum ibu baik dan TTV yang di dapat tekanan darah : 110/80mmHg, nadi 79kali/menit, pernafasan 22 kali/menit, suhu 36,50C dan HB 11gr% sesuai dengan teori (prawirohardjo,2005). Jadi tidak ada kesenjanagan antara teori dengan dilapangna, sehingga Ny S adalah postpartum normal. Diagnosa:  P3A0 postpartum 2 jam dengan keadaan umum baik P3A0  postpartum 3 hari, P3A0  postprtum 7 hari.
C.     Identifikasi diagnosa dan masalah potensial
     Pada teori diagnosa potensial yang muncul dikaitkan dengan adanya kemungkinan komplikasi ibu nifas yaitu perdarahan postpartum infeksi dan febris postpartum menurut teori (prawirihardjo,2005). Sedangkan dilapangan Ny S postprtum tidak ditemukan masalah tersebut. Ada kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
D.    Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Perencanaan pada Ny S P3A0 yaitu: pada 2 jam postpartum
1.      Beritahu hasil pemeriksaan
2.      Memberikan ibu vitamin A
3.      Ajarkan ibu cara menilai uterus jika uterus lembek
4.      Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi agar produksi agar asi nya stabil
5.      Anjurkan ibu untuk mobilisasi agar terjadi cepat involusi
6.      Ajarkan ibu cara menyusui yang benar,BAB dan BAK yang normal pada bayi,Perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar,Cara mengatasi payudara kurang menonjol dengan teknik hoffman,ASI eksklusif dan meyakinkan ibu untuk tidak memberikan dot/empeng, Menghindari rokok dari jangkauan bayi karena akan mengganggu kesehatan bayi, Memberi kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan terkait apa pun yang ingin di tanyakan via telepon
7.      Menganjurkan ibu untuk istirahat
8.      Informed consent untuk kunjungan rumah
Perencanaan pada Ny S P3A0 yaitu: pada 3 hari postpartum
a.    beritahu hasil pemeriksaan
b.    ajarkan pola nutrisi dan hidrasi yang baik
c.    ajarkan personal hygiene
d.    anjurkan istirahat
e.    ingatkan tanda bahaya masa nifas
f.     beritahu tanggal kunjungan ulang
            Perencanaan pada Ny S P3A0 yaitu: pada 7 hari postpartum
1)   beritahu hasil pemeriksaan
2)   memastikan tidak ada tanda bahaya
3)   mengingatkan  untuk menjaga pola nutrisi dan hidrasi
4)   mengingatkan untuk senam nifas
5)   mengingatkan kunjungan ulang

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
     Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.S P3A0 di RB BUNDA AMINAH, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa postpartum normal terjadi perubahan fisiologi, diantaranya perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi, perubahan psiki yang terjadi komplikasi. Pada Ny.S tidak ditemukan komplikasi.                                                 
B.     Saran
     Dari kesimpulan yang telah disampaikan maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut :
1.      Bagi bidan
Diharapkan adanya kerja sama antara petugas kesehatan dengan ibu/keluarga sehingga asuhan efektif dan efisien.
2.      Bagi lembaga pendidikan Stikes ‘Aisyiyah Bandung
Kegiatan praktik berikutnya diharapkan lebih baik dan tepat waktu dalam melakukan bimbingan pada kegiatan praktik klinik kebidanan (PKK1) agar dapat mencetak bidan profesional.



DAFTAR PUSTAKA

Yanti, damai.SST. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Jakarta : PT Revika Aditama
Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2011. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro, hanifah. 2011. Pelayanan kesehatan maternal neonatal. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen
Rotveit, dkk. 2003. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika Aditama
Nouble, 1995. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika Aditama
Thakar, station. 2002. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika Aditama


 

all about midwifery Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos