KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Deterjen Ramah
Lingkungan”. Shalawat dan salam semoga tercurah pula kepada Rasulullah Muhammad
SAW, dan para sahabat. Teriring doa dan harap semoga Allah meridhoi upaya yang
penulis lakukan. Makalah ini berisi tentang pemanfaatan bahan-bahan alami sebagai
pengganti deterjen yang umumnya di gunakan. Karena deterjen yang umumnya di
pakai sangat berdampak buruk pada lingkungan. Hal ini menjadi perhatian menarik
bagi penulis untuk membuat makalah tentang Deterjen Ramah Lingkungan. Penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Cahyu Purnawan S.Si,M.Si
sebagai dosen mata kuliah ilmu alam dasar. Penulis berharap karya tulis ini
bermanfaat bagi penulis, mahasiswa, dan penikmat pada umumnya.
Bandung, 8 desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada zaman teknologi modern saat ini, banyak
aktivitas manusia yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan alam. Salah
satu aktivitas tersebut adalah penggunaan berbagai produk instant oleh
masyarakat yang ternyata mengandung bahan-bahan kimia tidak ramah lingkungan.
Akibatnya, lingkungan alam menjadi tercemar serta keseimbangan ekosistem
menjadi terganggu. Contoh produk instant yang sering digunakan oleh masyarakat
adalah deterjen pencuci pakaian. Berbagai merk terkenal deterjen pencuci
pakaian telah membuat masyarakat mengkonsumsi dengan bebas tanpa menghiraukan
akibat dari penggunaannya, baik terhadap lingkungan maupun pengguna deterjen
itu sendiri. Oleh sebab itu penulis ingin menuliskan pembuatan pada deterjen
yang ramah lingkungan adalah alternatif
yang potensial untuk dikembangkan
yang aman dan ramah lingkungan. Deterjen ramah lingkungan pun diharapkan dapat
digunakan oleh masyarakat luas sebagai wujud kesadaran untuk berpartisipasi
dalam menjaga keseimbangan ekosistem yang menjadi bagian dari lingkungan tempat
tinggal dan kehidupan manusia.
1.2 Tujuan Penulisan
Penulisan
ini bertujuan untuk mengkaji potensi pemanfaatan bahan – bahan alami sebagai
sumber daya baru untuk pengganti deterjen.
1.3 Manfaat Penulisan
Manfaat
penulisan ini adalah memberikan alternatif baru bahan - bahan alami sebagai deterjen yang ramah terhadap
lingkungan sebagai deterjen yang ramah
lingkungan dan dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Deterjen
Deterjen adalah sebuah
(atau gabungan beberapa) senyawa, yang memudahkan proses pembersihan
(cleaning). Istilah deterjen kini dipakai untuk membedakan antara sabun dengan
surfaktan jenis lainnya.
Umumnya, deterjen mengandung
bahan-bahan berikut:
Surfaktan dan Builders
adalah bahan – bahan yang ada dalam sabun pencuci dan diidentifikasi mempunyai
pengaruh terhadap manusia dan lingkungan.Surfaktan
dapat menyebabkan permukaan kulit kasar dan menghilangkan kelembaban alami pada
permukan kulit.Sisa Surfaktan
dapat membentuk Chlorbenzene
pada proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM.Chlorbenzene merupakan senyawa kimia beracun dan berbahaya bagi
kesehatan.
Jenis
Surfaktan dan Builders Secara umum surfaktan di bedakan menjadi 4 macam
berdasarkan sifat ioniknya, yaitu:
Surfaktan
anionik
Surfaktan
ini bila terionisasi dalam air/larutan membentuk ion negatif. Surfaktan ini
banyak digunakan untuk pembuatan detergen mesin cuci, pencuci tangan dan
pencuci alat-alat rumah tangga. Surfaktan ini memiliki sifat pembersih yang
sempurna dan menghasilkan busa yang banyak. Contoh surfaktan ini yaitu,
alkilbenzen sulfonat linier, alkohol etoksisulfat, dan alkil sulfat.
Surfaktan
nonionik
Surfaktan
ini tidak dapat terionisasi dalam air/larutan sehingga surfaktan ini tidak
memiliki muatan. Dalam pembuatan detergen surfaktan ini memiliki keuntungan
yaitu tidak terpengaruh oleh keadaan air karena surfaktan ini resisten terhadap
air sadah. Selain itu juga detergen yang dihasilkan hanya menghasilkan sedikit
busa. Contohnya alkohol etoksilat.
Surfaktan
kationik
Surfaktan
ini akan terionisasi dalam air/larutan membentuk ion positif. Dalam detergen,
surfaktan ini banyak digunakan sebagai pelembut. Contohnya senyawa amonium
kuarterner.
Surfaktan
amfoterik
Bila
terionisasi dalam air/larutan akan terbentuk ion positif, ion negative atau
nonionik bergantung pada pH air/larutannya. Surfaktan ini digunakan untuk
pencuci alat-alat rumah tangga. Contoh imidazolin dan betain.
Filler –
pengisi, merupakan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kuantitas dari
bahan-bahan lainnya (tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci). Bahan
yang digunakan biasanya:
Sodium
sulfate
Aditif -
suplemen / tambahan, digunakan untuk membuat deterjen lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih dan pewarna. Biasanya bahan yang ditambahkan adalah:
Enzyme
Borax
Sodium
chloride
Carboxy
Methyl Cellulose – CMC
2.2 Dampak Negatif
Deterjen
Dampak
negatif detergen dikelompokan menjadi dampak negatif kepada manusia dan dampak negatif kepada
lingkungan yaitu
Dampak
Negatif Kepada Manusia
Bahan
surfaktan (LAS) dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar, hilangnya kelembaban
alami dan meningkatkan permeabilitas permukaan kulit.
Mampu
mempengaruhi kerja hormon pada tubuh, sehingga dapat mengakibatkan masalah pada
kemampuan reproduksi (pria – penurunan jumlah dan kualitas sperma), asma,
penyakit kulit, alergi dan bahkan kanker hati
Mengiritasi
sistem pernapasan manusia dan dapat menyebabkan mual.
Dampak
Negatif Kepada Lingkungan / Alam
Bahan
surfaktan (ABS) sulit terurai di alam, sehingga dapat menimbulkan masalah
keracunan pada biota air. Selain itu bahan ini juga merusak organ pernafasan
(insang) pada ikan.
Busa
deterjen yang dibuang ke kali / sungai menyebabkan kontak air dan udara menjadi
terbatas sehingga menurunkan proses pelarutan oksigen kedalam air. Hal ini
menyebabkan organisme didalam air kekurangan oksigen, hingga bisa menimbulkan
kematian.
Bahan
builder (STPP) dalam jumlah yang terlalu banyak dapat menyebabkan pengkayaan
unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan pada air, sehingga air kekurangan
oksigen akibat pertumbuhan dan perkembangan algae (phytoplankton) yang cepat.
Algea juga merupakan makanan bakteri. Sehingga perkembangannya memicu populasi
bakteri yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan oksigen meningkat
dan pada akhirnya membahayakan kehidupan mahluk hidup didalam air.
Bahan
surfaktan (ABS) dapat menyebabkan biota sungai dan laut mengalami mutasi gen.
Adapun mitos yang berkembang di masyakarat yang salah
tentang penggunaan deterjen yaitu
a)
Makin banyak busanya makin bersih hasilnya. Tidak ada
hubungan antara jumlah busa dengan hasil yang dicapai oleh deterjen. Justru
semakin banyak busa menyebabkan kita membutuhkan lebih banyak air yang
digunakan untuk membilas. Tenaga pun lebih banyak keluar begitu juga dengan
waktu.
b)
Makin banyak fungsinya makin baik (seperti: memiliki
fungsi pemutih, pengharum, pengkilap dan lain sebagainya). Semakin banyak
fungsinya berarti semakin beragam bahan kimia yang digunakan, hal ini tentunya
meningkatkan efek negative nya kepada manusia dan lingkungan.
BAB III
METODE PENULISAN
Metode
penulisan yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini terdiri dari penentuan
kerangka pemikiran, gagasan, pengolahan dan anlisis data, rumusan solusi, serta
pengambilan kesimpulan dan saran.
3.1Penentuan Gagasan
Karya tulis
ini mengangkat gagasan berupa permasalahan kerusakan atau dampak negatif akibat penggunaan detergen. Permasalahan ini
dijawab dengan adanya bahan – bahan alami alternatif sebagai pengganti deterjen
pada umumnya , yang telah diketahui bahwa dapat digunakan untuk mencuci. Dengan
adanya deterjen yang ramah lingkungan dan berfungsional tinggi di harapakan
mengurangi kerusakan lingkungan.
3.2 Pengumpulan Data
Data yang
dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari kajian pustaka berupa
buku, artikel, internet, dan jurnal.
3.3 Perumusan Solusi
Rumusan
solusi diperoleh berdasarkan hasil analisis sumber data sehingga dapat
mengatasi permasalahan yang ada secara efektif.
3.4 Penarikan Kesimpulan dan Saran
Tahap
terakhir penulisan karya tulis ialah berupa penarikan kesimpulan dari
pembahasan sehingga dapat menghasilkan saran-saran yang diperlukan berkaitan
dengan permasalahan yang ada.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
4.1Analisis
Deterjen
sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa
detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan danbersifat karsinogen,
misalnya 3,4 Benzonpyrene, selain
gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan
menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika
tertelan dalam tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun
non-ionik)
Deterjen
merupakan pembersih sintetis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak
bumi. Deterjen yang membedakan adalah
komposisi dan bahan tambahan (aditif). Semakin berkurangnya tingkat minyak bumi
yang berada alam diperlukan bahan alternatif khusus yang nantinya dapat
menggantikan bahanbahan yang berasal dari minyak bumi. Hal ini didukung juga
dengan kecenderungan dan keinginan industri-industri untuk kembali ke alam,
telah ikut pula mengarahkan deterjen untuk memanfaatkan berbagai sumber alam
yang dapat memberikan nilai tambah yang besar, sehingga sangat diperlukan
sebuah terobosan baru untuk menghasilkan bahan aktif dan aditif deterjen yang
berkualitas.
Pada
industri deterjen dewasa ini sumber utama yang digunakan sebagai enzim adalah
enzim alkali protease. Enzim alkali protease ini paling banyak diproduksi dari
jenis bakteri, jamur, atau serangga.
Namun pada pemproduksian enzim ini dari ketiga sumber tersebut, ditemukan
beberapa kendala untuk memperoleh ekstrak enzimnya. Salah satu contohnya adalah
pada bakteri diperlukan teknologi yang cukup tinggi untuk mengambil ekstrak
enzimnya dan memisahkannya dengan mikroorganisme dalam bakteri. Alkali protease
ini digunakan aditif pada deterjen karena kemapuannya yang bersifat biodegradable dan dapat meningkatkan kerja dari
deterjen secara umum.
Di
indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tumbuhan termasuk tumbuhan yang
ternyata bisa di jadikan alternatif pengganti deterjen, yang penggunaanya
masyarakat belum tahu atau hanya kalangan tertentu saja yang mengetahuinya
sehingga belum banyak termanfaatkan.
4.2
Sintesis
Deterjen Ramah Lingkungan adalah
detergen yang terdiri dari bahan – bahan alami yang tidak berdampak negatif
terhadap mahluk hidup dan lingkungan dan alternatif pengganti deterjen.
Berikut adalah daftar bahan yang
bias menggantikan fungsi deterjen dan tentunya tetap ramah lingkungan :
a. Baking Soda
Baking soda terkenal sebagai
pembersih yang lebih ramah lingkungan. Untuk keperluan mencuci pakaian,
tuangkan larutan setengah cangkir baking soda dan air ke pakaian yang akan
dicuci agar semua nodanya hilang. Setengah cangkir baking soda yang ditambahkan
ke air cucian juga bisa membantu mencerahkan cucian. Baking soda juga bisa
digunakan untuk mencuci perabotan rumah tangga lainnya, seperti mesin cuci
piring, kulkas, dan microwave.
b. Asam Cuka
Sebelum mulai mencuci, semprotkan
asam cuka pada pakaian bernoda yang akan dicuci untuk menghilangkan kotoran
yang menempel. Asam cuka juga bisa digunakan sebagai pelembut pakaian, yaitu
dengan menambahkan setengah dari ukuran pelembut sintetis yang biasa Anda
gunakan, ke dalam bilasan. Sedangkan untuk menjaga warna pakaian tetap
cemerlang, tambahkan dua tetes asam cuka ke dalam air rendaman cucian.
c. Jeruk Lemon
Wanginya yang segar sangat cocok
menjadi pengharum sintetis yang biasa digunakan saat mencuci pakaian. Teteskan
satu sendok air perasan jeruk lemon ini pada bilasan terakhir cucian sebelum
dijemur. Untuk memutihkan pakaian, tuangkan setengah cangkir air perasa jeruk
lemon pada rendaman pertama. Selain untuk cucian, air perasan jeruk lemon ini
juga bisa digunakan untuk membersihkan dan mengharumkan perabotan rumah tangga
lainnya, seperti kulkas, toilet, mesin cuci piring, dan microwave.
d. Boraks
Orang suku etnis Jawa lebih mengenal
boraks, larutan garam konsentrat tinggi, dengan istilah bleng. Untuk keperluan
mencuci dengan mesin cuci, tambahkan setengah cangkir boraks ke dalam cucian
untuk mendapatkan hasil yang bersih dan cemerlang. Sebelum mencuci, tambahkan
satu sendok makan boraks ke dalam rendaman cucian dan biarkan selama 30 menit
sebelum mulai dicuci. Boraks juga bisa digunakan untuk membersihkan peralatan masak
dan toilet.
e. Lerak/soapnut
Lerak (bijinya) sudah dipakai
sebagai bahan pencuci oleh beberapa etnis di Indonesia sejak zaman dahulu.
Lerak biasa digunakan dalam proses pembuatan batik, yaitu untuk mencuci batik,
melembutkan, dan memelihara kualitas warnanya. Kandungan saponin dalam lerak
menghasilkan busa dan berfungsi seperti deterjen. Untuk keperluan mencuci,
pecahkan kulitnya dan masukkan ke dalam kantong kecil terbuat dari kain.
Setelah itu, masukkan ke dalam air rendaman cucian. Gunakan air hangat saat
merendam karena semakin hangat airnya maka semakin banyak saponin yang keluar.
Kocok-kocoklah air rendaman hingga muncul busa-busa kecil, lalu masukkan
pakaian, kemudian kucek dengan tangan. Selain untuk pakaian, lerak juga bisa
dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai, bahkan
memandikan dan membersihkan binatang peliharaan.
Adapun contoh cara pembuatan deterjen ramah lingkungan
sebagai berikut :
Alat dan Bahan
Alat :
Alat :
- Timbangan terigu
- Pipet - Jam
- Ember - Plastik
- Gayung - Baskom
- Sendok - Nampan
- Baju kotor - Label
Bahan :
- Pipet - Jam
- Ember - Plastik
- Gayung - Baskom
- Sendok - Nampan
- Baju kotor - Label
Bahan :
- Linear
Alkyl Benzene Sulfonate ( LABS ) : 0,02 kg
- Ethylene Diamine Tetra Acetate/ EDTA : 0,02 kg
- Sodium Sulfate : 0,15 kg
- Carboxyl Methyl Cellulose ( CMC ) : 0,01 kg
- Pewangi lemon alami : 2 ml
- Ethylene Diamine Tetra Acetate/ EDTA : 0,02 kg
- Sodium Sulfate : 0,15 kg
- Carboxyl Methyl Cellulose ( CMC ) : 0,01 kg
- Pewangi lemon alami : 2 ml
· Cara Pembuatan
* Campurkan semua bahan-bahan di bawah ini dengan perbandingan yang telah ditentukan :
- Linear Alkyl Benzene Sulfonate ( LABS ) : 0,02 kg
- Ethylene Diamine Tetra Acetate/ EDTA : 0,02 kg
- Sodium Sulfate : 0,15 kg
- Carboxyl Methyl Cellulose ( CMC ) : 0,01 kg
- Pewangi lemon alami : 2 ml
* Semua bahan dicampurkan dengan rata
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Hal ini
memberikan potensi bahan – bahan alami ini untuk dikembangkan menjadi bahan
aditif deterjen. Aditif deterjen yang bersumber dari alam akan lebih ramah
lingkungan karena mudah mengalami biodegradibilitas
dan juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas
daya pembersih deterjen yaitu dengan mendegradasi kotoran yang berupa protein
dan turunannya sehingga akan memudahkan kerja dari surfaktan dalm melepas
kotoran.
5.2 Saran
Suatu
harapan yang besar bagi penulis adalah adanya makalah – makalah atau tulisan –
tulisan lain yang lebih lanjut mengenai topik yang penulis angkat untuk
memanfaatkan bahan - bahan alami yang belum termanfaatkan secara optimal
khususnya khususnya tumbuhan yang ada di sekitr kita air sebagai sumber alternatif yang
dapat berfungsi sebagai bahan aditif pada deterjen yang ramah terhadap
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arifin.2008.Metode pengolahan
deterjen.Madiun : Radionuklida.
·
Jia Z., W. Yujun, dan L. Guanngsheng.
2005. Adsorption ofDiuretic Fuorosemide onto Chitosan with Nanopraticles Prepared in Oil
Nanoemulsion System Reactive and Functional Polymers 65 :249 - 257.
·
http://en.wikipedia.org/wiki/Detergent
·
http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen
·
http://r4hm4nia.multiply.com/journal/item/82/Tips_memilih_deterjen_ramah_lingkungan
·
http://4humanity.wordpress.com/
·
http://sarikartika99.wordpress.com/2010/05/25/deterjen-alami/
·
http://erabaru.net/iptek/55-iptek/15354-apakah-detergent-ramah-lingkungan
·
http://rumahpopok.com
·
http://smk3ae.wordpress.com/2008/06/18/deterjen
0 komentar:
Posting Komentar