1.1. Latar
Belakang
Varisela Zoster (VZV) merupakan virus yang termasuk
kedalam kelompok herpes virus dan dapat menyebabkan varisela serta herpes
zoster. Walaupun infeksi oleh VZV pada wanita hamil relative jarang, namun
selama kehamilan infeksi ini berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas
maternal, terutama akibat komplikasi pneumonitis. Selain itu infeksi oleh VZV
pada wanita hamil juga dapatmemberikan dampakserius bagi janin maupun bayi yang
akan dilahirkan. Perbedaan manifestasi klinis
pada janin ataupun neonatus bergantung pada usia kehamilan saat
terjadinya infeksi tersebut. Infeksi pada trimester pertama kehamilan akan
mengakibatkan kelainan yang lebih berat jika dibandingkan dengan infeksi yang
terjadi pada trimester dua atau tiga. Reaktivasi infeksi VZV laten juga dapat
menyebabkan penyakit yang dikenal dengan nama herpes Zoster. Penyakit ini juga
relative jarang terjadi dan umunya beresiko kecil bagi wanita hamil maupun
janin yang dikandungnya. Namun Herpes Zoster dapat menjadi sumber infeksi VZV
untuk individu lain di sekitar penderita yang rentan, termasuk anggota keluarga pasien dan tenaga
kesehatan
Infeksi VZV cenderung memberikan
gejala klinis yang berat bagi ibu pada kehamilan trimester kedua dan ketiga,
karena pada masa ini wanita hamil cenderung mengalaami imunodefisiensi. Bagi
janin infeksi VZV pada trimester pertama kehamilan kan memberikan dampak klinis
berupa sindroma varisela dan infeksi menjelang kelahiran dapat menyebabkan varisela neonatal.
·
Mempelajari dan
memahami pengertian varisela
·
Mempelajari dan
memahami pengertian varisela dalam kehamilan
·
Mempelajari dan
memahami penularan varisela
·
Mempelajari dan
memahami tanda dan gejala varisela
·
Mempelajari dan
memahami evaluasi pada wanita yang mengidap varisela.
·
Mempelajari dan
memahami dasar diagnostik varisela virus
·
Mempelajari dan
memahami dampak infeksi varisela
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Varisela adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang disebabkan oleh suatu bentuk harpesvirus ( Varney, 2007 ).
Virus Varisela Zoster adalah anggota
dari keluarga virus harves DNA, dan hampir 95% orang dewasa bersifat imun (
Williams, 2009 ). Infeksi primer menyebabkan cacar air, yang memiliki angka
serangan 90% pada individu seronegatif. Pada wanita sehat, timbul ruam
makulupapular dan vesikular khas disertai gejala konstituasi dan demam selama
3-5 hari. Infeksi varisela pada orang dewasa cenderung lebih paraha dari pada
anak-anak ( Williams, 2009 ).
Varisella zoster virus tergolong anggota
keluarga dari virus harpes dan merupakan DNA, dengan masa inkubasi 10-14 hari (
Manuaba, 2007 ).
Varisela merupakan virus yang termasuk
pada kelompok DNA Herpes virus dan hidup laten pada ganglion bagian belakang
setelah infeksi primer ( Sarwono, 2009 ).
Inveksi varisella pada orang dewasa
dapat berkembang menjadi berbahaya,
dengan kurang lebih 10 sampai 30 persen kasus berkembang menjadi
pnemonia varisela. Pnemonia varisela telah menyebabkan hampir 40 persen
kematian wanita hamil, kecuali jika mereka mendapat pengobatan asiklovir.
Hingga 95 persen orang dewasa yang pernah terinfeksi varisela pada masa
kanak-kanak menjadi kebal terhadap varisela seumur hidup ( Varney, 2007 ).
2.2. Varisela Pada Kehamilan
Infeksi varisella yang terjadi selama
kehamilan akan menimbulkan dampak serius pada ibu atau janin. Antara 25 sampai
40 persen janin yang terpanjan varisela di dalam rahim akan terlahir dengan
menunjukan gejala varisela kongenital. Semakin muda usia kehamilan, semakin
tinggi resiko sindrom varisela kongenital. Resiko ini paling tinggi dalam 20
minggu pertama kehamilan. Sindrom varisela kongenital dihubungkan dengan
katarak, korioretinitis, hipoplasia anggota gerak, hidronefrosis, mikrosefali,
retardasi mental, lesi dermatom, dan jaringan parut pada kulit.
Infeksi pada ibu, yang terjadi sejak
enam hari sebelum melahirkan hingga dua hari sesudahnya, dapat ditularkan ke
bayi baru lahir. Dengan demikian, pada situasi ini tidak ada cukup waktu bagi
ibu untuk membentuk sistem kekebalan tubuh yang dapat diberikan kepada bayinya.
Bayi dapat menderita penyakit serius karena tidak mendapat kekebalan pasif dari
ibu. Kurang lebih 5 persen bayi yang mengidap varisela dari ibu akan meninggal.
2.3. Penularan Varisela
Virus varisela ditularkan melalui kontak
langsung dan pernafasan. Masa inkubasi sejak pemajanan hingga gejala pertama
muncul adalah 10 sampai 21 hari. Penyakit ini menular sejak 2 hari sebelum lesi
muncul hingga semua lesi membentuk kerak, kira-kira 7 sampai 10 hari kemudian.
Lesi yang sudah menjadi kerak tidak menularkan virus lagi.
2.4. Tanda dan Gejala Varisela
Tanda dan gejala klinis infeksi varisela
antara lain demam, menggigil, nyeri otot dan nyeri sendi yang diikuti oleh
munculnya vesikel yang khas beberapa hari kemudian. Vesikel tersebut sangat
gatal dan mengikuti suatu pola yang khas. Mulai muncul pada kepala dan leher
kemudian menyebar kebadan dan ekstremitas, kemudian pecah dan membentuk kerak.
Pada wanita yang menderita pnemonia varisela, gejala muncul pada hari pertama
dan keenam setelah vesikel mulai terlihat, yang meliputi batu kering disertai
nyeri dada akibat peradangan pleura, demam menetap, dan sesak nafas ( Varney,
2007 ).
2.5. Evaluasi pada Wanita yang Mengidap
Varisela
Evaluasi yang harus dilakukan pada
wanita yang dicurigai mengidap varisela meliputi hal-hal berikut :
No
|
Jalur Pajanan / Penularan
|
Penatalaksanaan Perawatan
|
1
|
Anggota keluarga yang terajan varisela
( misal anak yang dititipkan di tempat penitpan anak )
|
1.
Kaji riwayat pajanan varisela
pada anggota keluarga
2.
Lakukan tes serologi untuk
memeriksa kekebalan wanita terhadap varisela
3.
Sarankan wanita untuk menghindari
kontak langsung dengan anggota keluarga yang
terinfeksi sampai masa inkubasi berakhir tanpa ada tanda-tanda infeksi
|
2
|
Pajanan langsung varisela ( anak yang
terinfeksi varisela )
|
1.
Lakukan tes serologi untuk
mengetahui kekebalan tubuh terhadap varisela
2.
Berikan VZIG daam 96 jam sejak
wanita terpajan, jika kekebalan wanita tersebut terhadap varisela negatif
atau tidak diketahui
|
3
|
Infeksi varisela pada ibu dalam 20
minggu pertama kehamilannya
|
1.
Beri antipiretik dan analgetik
ringan untuk mengurangi gejala
2.
Apabila wanita tersebut sedang
menderita penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas tinggi, ruam yang
menyebar luas, atau gejala penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat
obat asiklovir IV
3.
Konsul ke dikter untuk
pemeriksaan ultrasonografi dan kemungkinan pengambilan sampel darah janin (
mengidentifikasi infeksi pada janin )
|
4
|
Infeksi varisela pada ibu setelah 20
minggu, tetapi tidak lebih dari 10 hari sebelum hari persalinan
|
1.
Beri antipiretik dan analgetik
ringan untuk mengurangi gejala
2.
Apabila wanita tersebut sedang
menderita penyakit yang parah dan tiba-tiba disertai panas tinggi, ruam yang
menyebar luas, atau gejala penyakit paru, segera rujuk dokter untuk mendapat
obat asiklovir IV
3.
Janin akan mendapat kekebalan
pasif dari ibu
|
5
|
Varisela pada ibu dimulai 6 hari
sebelum melahirkan
|
1.
Beri VZIG kepada ibu
2.
Siapkan sebagai antisipasi
tindakan tokolisis
3.
Beri VZIG pada bayi ketika saat
lahir
4.
Kemungkinan bayi perlu diisolasi
dari ibunya, meskipun tidak ada ruam dari tubuh ibu
5.
Kemungkinan pemberian ASI dengan
menggunakan pompa untuk meminimalkan kontak bayi dengan lesi pada ibu
|
6
|
Varisela pada tubuh ibu dimulai dalam
72 jam pertama pascapartum
|
1.
Obati bayi baru lahir dengan VZIG
2.
Obati ibu dengan VIZIG, jika
tidak ada ruam ( mengurangi resiko infeksi serius )
3.
Isolasi ibu dan bayi bersamaan
4.
Pemberian ASI dilakukan dengan
pompa untuk meminimalkan kontak bayi dengan lesi ibu
|
7
|
Pajanan varisela pada ibu/bayi setelah
72 jam pertama pascapartum
|
1.
Pastikan status serologi ibu (
ibu yang memiliki kekebalan akan memberi antibodi ke[ada bayinya )
2.
Obati bayi dari ibu yang tidak
memiliki kekebalan terhadap varisela dengan VIZIG atau beritahu tenaga
kesehatan yang menangani bayi
3.
Hindari kontak ibu / bayi dengan
individu yang terinfeksi varisela
|
Sumber :
Centers for Disease Control and
Prevention. National Imunitation Program. Varicella. Dalam Epidemiology abd
Prevention of Vaccine Prefentable Diseases,
ed. Ke-7. CDC. Atlanta, GA. April 2002.
Penatalaksaan varisela pada wanita hamil
dilakukan berdasarkan lama pajanan, usia kehamilan ketika infeksi terjadi, dan
tingkat keparahan penyakit yang diderita. Pemberian VZIG ( Varisella Zooster
Immune Globulin ) dalam 96 jam setelah terpajan akan melindungi ibu dari
infeksi yang lebih serius, seperti pnemonia varisela. Biaya vaksinasi yang
mencapai kurang lebih Rp. 3.200.000 samapi Rp. 4.000.000 ini membuat wanita
hamil yang terpajan varisela tetapi ragu bahwa mereka terinfeksi, memilih tidak
menggunakan VZIG dalam pemeriksaan rutinnya. Diantara para wanita tersebut, 80
persen diantaranya memilki hasil tes serologi positif karena mereka memang
sebelumnya terinfeksi. Dengan demikian mereka tidak memerlukan VZIG, tetapi
sayangnya hasil tes ini baru dapat diketahui 96 jam kemudian. Hal ini membuat
beberapa klinisi memutuskan untuk membatasi pemberian VZIG kepada wanita yang
secara langsung terpajan varisela pada 20 minggu pertama kehamilan dan yang
tidak mengetahui apakah pernah terinfeksi penyakit ini ( Varney, 2007 ).
Ketersediaan vaksin yang memadai
memungkinkan pencegahan kasus varisela. Pemberian vaksin pada usia kanak-kanak
mengurangi angka kejadian varisela dan pajanan potensial pada orang dewasa,
termasuk wanita hamil. Pada saat konseling kehamilan diberikan, wanita yang
tidak memiliki riwayat infeksi varisela dapat disarankan melakukan pemeriksaan
serologi. Vaksinasi dapat ditawarkan sebelum kehamilan terjadi. Cukup beralasan
jika dalam pemeriksaan laboratorium awal, wanita hamil yang tidak memiliki riwayat
infeksi diminta menjalani penapisan serologi untuk varisela. Apabila untuk
hasilnya negatif, maka vaksin varisela dapat ditawarkan sebelum persalinan atau
kehamilan.
Vaksin varisela adalah vaksin hidup yang
telah dilemahkan sehingga pemberiannya pada masa hamil dikontraindikasikan.
Wanita yang telah mendapat vaksin varisela disarankan menunda kehamilannya
minimal selama satu bulan kedepan.
Apabila seorang wanita difaksinasi dan kemudian mendapati dirinya hamil,
maka dia harus diberi informasi bahwa resiko pada janin masih bersifat teori
karena belum pernah ada laporan tentang kelainan atau kasus CVS setelah vaksin
diberikan ( Varney, 2007
).
2.6. Dasar Diagnostik
Varisela Virus
Kita
sebagai petugas kesehatan dapat menegakan diagnosa varisela virus dengan
berdasarkan pada :
a.
Memperhatikan gejala klinis sebagai
manifestasi infeksi
b.
Pemeriksaan serologi :
1. Fluerescent antimembrane antibody
test ( FAMA )
2. Pemeriksaan
ELISA
3. Kenaikan
titer yang berlaku seumur hidup ( Manuaba, 2007 ).
2.7. Danpak Infeksi Varisella
Menurut
Manuaba tahun 2007 dampak yang dapat ditimbulkan oles seorang wanita
hamil yang terkena infeksi varisella virus yaitu :
a.
Untuk kehamilannya dapat terjadi :
1.
Abortus
2.
IUGR ( pertumbuhan janin terhambat )
3.
Persalinan prematur
4.
Menimbulkan embriopati varisella,
jumlahnya sekitar 0,4% dengan virus telah menginfeksi janin, bentuk
ektremitanya embriopati varisella adalah hipoplasi ektremitas, kelainan bentuj
jari-jarinya, gangguan sikomotor atau atrofi otot. Erupsi kulit, kelainan lainyya
yaitu katarak, mikrooftalmia, mikrosefali, atrofi korteks, cerebri,
korioamnionitis.
b.
Keberadaan virus yang meninfeksi janin
dibuktikan dengan :
1.
Terdapat antibodi IgM dalam darah janin
dengan konsentrasinya mengikat melalui darah umbilikus janin, melakukan
pemeriksaan kultur.
2.
Terdapat virus dalam plasenta melaluia
reaksi polimerase.
c.
Kelainan kongenital janin dapat
ditetapkan dengan USG
1.
Hidropsfetalis
2. Hyperecboic liver
3. Terjadi
malformasi jantung
4. Kemungkinan
mikrosefali
d.
Infeksi janin, neonatus dengan virus
varisella :
1.
Terjadi 5 hari sebelum dan 2 hari
sesudah persalinan atau saat inpartu.
2.
Gambaran klinisnya yaitu : erupsi kulit
setempat dan dapat menyebar luas, infeksi terhadap organ vital, infeksi
neonatus akan fatal jika terjadi pnomonia.
BAB I
3.1. Simpulan
Varisela adalah suatu infeksi virus yang
sangat menular, yang disebabkan oleh suatu bentuk harpesvirus ( Varney, 2007 ).
Infeksi varisella yang terjadi selama kehamilan akan menimbulkan dampak serius
pada ibu atau janin. Antara 25 sampai 40 persen janin yang terpanjan varisela
di dalam rahim akan terlahir dengan menunjukan gejala varisela kongenital.
Virus varisela ditularkan melalui kontak
langsung dan pernafasan. Tanda dan gejala klinis infeksi varisela antara lain
demam, menggigil, nyeri otot dan nyeri sendi yang diikuti oleh munculnya
vesikel yang khas beberapa hari kemudian.
Penatalaksaan
varisela pada wanita hamil dilakukan berdasarkan lama pajanan, usia kehamilan
ketika infeksi terjadi, dan tingkat keparahan penyakit yang diderita. Pemberian
VZIG ( Varisella Zooster Immune Globulin ) dalam 96 jam setelah terpajan akan
melindungi ibu dari infeksi yang lebih serius, seperti pnemonia varisela.
0 komentar:
Posting Komentar