KATA
PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrohiim
Puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
study kasus “ Asuhan Kebidanan postpartum P3A0 pada Ny.
“S” di RB Mutiara Bunda kecamatan periode 11 februari S/D 23 maret. Shalawat
serta salam semoga tercurahkan kepada junjunan kita yakni nabi besar Muhamad
SAW, dan juga kepada keluarganya, para sahabatnya, para umatnya termasuk kita
semua didalamnya. Amiin. Laporan studi ini dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas praktik kerja klinik. Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak lepas
dari bimbingan, dorongan, dan bantuan dari berbagai pihak baik moril, materil
maupun spiritual dari awal hingga terselesaikannya penulisan laporan ini.
Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini saya ingin sampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1.
Dra. Hj. Marliah,
M.Kes selaku ketua STIKes Bandung,
2.
Fatiah Handayani,
SST selaku Ka. Prodi D3 Kebidanan,
3.
Bd Aminah S
hidayat, Amkeb, selaku bidan pembimbing dalam penulisan laporan ini,
4.
Reni, SST, selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan laporan ini,
5.
Kepada Orang tua,
keluarga dan orang terdekat yang tiada
hentinya memberikan dukungan baik moril, materil, maupun spiritual,
6.
Ny, S beserta
keluarga yang telah bekerjasama dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan,
7.
Teman – teman satu
perjuangan yang telah memberikan arti kebersamaan, suka dan duka selama
mengikuti perkuliahan,
Akhir kata, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
karunia-Nya dan membalas amal serta kebaikan kepada pihak – pihak yang telah
membantu selama kegiatan praktek dan membantu saya dalam menyesaikan laporan
ini. Saya juga berharap semoga laporan ini dapat memberikan pengetahuan serta
bermanfaat bagi semua pihak
Jazakumullahu khairan katsira
Bandung, maret 2013
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Post partum adalah waktu yang diperlukan oleh ibu untuk
memulihkan alat kandungannya ke keadaan semula dari melahirkan bayi sampai
setelah 2 jam pertama persalinan yang berlangsung antara 6 minggu (42 hari).
(Prawiroharjo, 2001)
Masa post partum merupakan masa kritis dimana masa post
partum akan menimbulkan berbagai komplikasi diantaranya yaitu perdarahan,
infeksi puerperalis, endometritis, mastitis, tromboplebitis, thrombosis,
emboli, post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab terbanyak
kematian wanita selama periode post partum.
Asuahan masa nifas diperlukan pada periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu
akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam. (Prawiroharjo, 2001)
Asuhan masa nifas dilakukan untuk menemukan kondisi tidak
normal dan masalah-masalah kegawatdaruratan pada ibu dan perlu tidaknya rujukan
terhadap keadaan kritis yang terjadi. (Saifudin, 2002)
Mengingat perawatan pasien dengan postpartum merupakan masalah yang rawan
karena banyaknya komplikasi yang bisa ditimbulkan baik pada ibu maupun janin
maka berdasarkan masalah yang terjadi tersebut penulis tertarik untuk menyusun
laporan dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM PADA Ny.”S” P3A0 DI RB
MUTIARA BUNDA PERIODE 2013”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam asuhan kebidanan ini adalah “bagaimana asuhan kebidanan
postpartum pada Ny. “S” di RB mutiara bunda kecamatan periode 2013 ?
C.
Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan postpartum pada Ny. “S” P3A0
di RB Mutiara Bunda Kecamatan Cileunyi
periode 2013 sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan mendokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
1.
Melaksanakan
anamnesa pada postpartum pada Ny. “S” P3A0
2.
Melakukan
interpretasi data dasar yang diperoleh
pada postpartum pada Ny. “S” P3A0
3.
Mengidentifikasi
diagnosa atau masalah potensial yang diperoleh dari postpartum pada Ny. “S” P3A0
4.
Melakukan
identifikasi penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
5.
Merencanakan
asuhan kebidanan yang menyeluruh
6.
Melaksanakan
perencanaan asuhan kebidanan
7.
Mengevaluasi
hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
D.
Manfaat
1.
Bagi penulis
Memberikan pengalaman bagi penulis
untuk dapat melakukan asuhan kebidanan masa nifas atau peurperium serta
kunjungan langsung ke rumah pasien.
2.
Bagi institusi
Memberikan pendidikan, pengalaman
bagi mahasiswanya dalam melakukan asuhan kebidanan postpartum sehingga dapat
menumbuhkan dan mencipatakan bidan terampil, profesional dan mandiri.
3. Bagi RB Mutiara Bunda
Memberikan
pandangan yang lebih positif atas seluruh pelayanan yang telah diberikan dan dapat
menjadi suatu pertimbangan kembali untuk memberikan pelayanan.
E. schedule kegiatan study kasus
No.
|
kegiatan
|
Tanggal
(waktu)
|
||
25 februari
2013
|
27 Februari
2013
|
|
||
1.
|
Pengkajian ibu postpartum 2 jam
|
(3.55 WIB)
|
|
|
2.
|
Pengkajian ibu postpartum 3 hari
|
|
(9.30 WIB)
|
|
3.
|
Pengkajian ibu postpartum 7 hari
|
|
|
(9.30 WIB)
|
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Masa
nifas normal
1.
Pengertian
Masa nifas normal (peurperium)
dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat – alat kandungan
kembali seperti kedaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira – kira
6 minggu. (sarwono, 2011). Masa
nifas atau peurperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari). Setelah itu, pelayanan pasca persalinan harus
terselenggara pada masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang
meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit
yang mungkin terjadi, serta penyediaan pelayanan pemberi ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi,
nutrisi bagi ibu. ( damai yanti,
2011)
Periode
pasca persalinan
meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara
fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun di negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan
dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan daan kematian ibu serta bayi lebih
sering terjadi pada masa pasca persalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh
konsekuensi ekonomi, disamping ketersediaan pelayanan atau rendahnya peran
fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan dini serta penatalaksanaan yang
adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan.
Masa nifas dibagi dalam 3 periode antara lain :
1.
Peurperium dini
Kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan –
jalan
2.
Peurperium
intermedial
Kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya
6-8 minggu
3.
Remote peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila ibu hamil atau waktunya persalinan mempunyai komplikasi.
(bahiyatun, 2010)
B.
Perubahan
fisiologis masa nifas
1.
Perubahan
pada sistem reproduksi
a.
Involusi uterus
involusi
uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil. (yanti, 2011)
Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
1)
Iskemia miometrium
Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus
menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2)
Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormonestrogen
saat pelepasan plasenta.
3)
Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
di dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang
telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjangnya sebelum hamil yang terjadi
selama kehamilan.
4)
Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs
atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran
uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan perubahan
normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Involusi Uteri
|
Tinggi fundus uteri
|
Berat uterus
|
Diameter uterus
|
Plasenta lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
12,5 cm
|
7 hari (minggu 1)
|
Pertengahan pusat dan simfisis
|
500 gram
|
7,5 cm
|
14 hari (minggu 2)
|
Tidak teraba
|
350 gram
|
5 cm
|
6 minggu
|
Normal
|
60 gram
|
2,5 cm
|
b.
involusi tempat plasenta
Uterus pada bekas implantasi plasenta
merupakan luka kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri. Segera setelah plasenta
lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir nifas 1 -2 cm. Penyembuhan luka
bekas plasenta khas sekali. Pada ermulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta
tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukan luka. Regenerasi endometrium terjadi di
tempat implantasi plasenta sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium
ini berlangsung didalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis
pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas
dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochea. (Sastrawinata,
1983 :316)
c.
Perubahan ligamen
Setelah bayi lahir, ligamen dan diagfragma pelvis fasia
yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia
kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain :
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi, ligamen fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi kendor.
d.
Perubahan pada serviks
Segera setelah melahirkan, seriks menjadi lembek, kendor,
terkulai dan berbentuk corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah kehitam – hitaman karena
penuh pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa dapat
masul 2 – 3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Oleh
karena hiperpalpasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun
demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil.
Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak – retak dan robek –
robekan pada pinggirnya, terutama pada sampingnya.
e.
Lochea
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang
mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuaran antara darah dan desidua inilah
yang dinamakan lochea. Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nisas
dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat
dan pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea mempunyai bau amis
(anyir) meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda –beda pada setiap
wanita. Lochea mengalami perubahan karena involusi. Pengeluaran lochea dibagi
menjadi lochea rubra, sanguilenta, serosa, dan alba. Perbedaan masing – masing lochea
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.2 Lochea pada masa nifas
Lochea
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri – ciri
|
Rubra
|
1 – 3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium
dan sisa darah
|
Sanguilenta
|
3 – 7 hari
|
Putih bercampur merah
|
Sisa darah bercampur lendir
|
Serosa
|
7 – 14 hari
|
Kekuningan/kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi plasenta
|
Alba
|
> 14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang
mati.
|
(damai yanti,
2011)
Umumnya jumlah
lochea lebih sedikit apabila wanita postpartum dalam berbaring berbaring
daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu dengan vagina
bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring kemudian akan mengeluarkan saat
wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri.
Total jumlah rata – rata pengeluaran lochea sekitar 240 hingga 270 ml.
f. Vulva, vagina dan perineum
Selama proses
persalinan vulva vagina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa
hari persalinan kedua organ ini kembali kedalam keadaan kendor. Rugae timbul
kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam
proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita
multipara. Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat
sebelum persalian pertama.
Perubahan pada
perineum pasca melahirkan terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan
jalan lahir dapat terjadi pada saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan
lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus
tersebut dan mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir peurperium dengan latihan harian.
2.
Perubahan fisiologis masa nifas pada sistem pencernaan
Sistem
gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tingginya kadar progesteron yang dapat mengggangu keseimbangan cairan tubuh,
meningkatkan kolesterol darah, dan melambatkan kontraksi otot – otot polos.
Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal
usus memerlukan waktu 3 – 4 hari untuk kembali normal.
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem
pencernaaan, antara lain :
a.
Nafsu makan
Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga
diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu
3 – 4 hari sebelum faal usus kembali normal. Meskipun kadar progesteron menurun
setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari.
b.
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anastesia biasa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan
normal.
c. pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering
mengalami konstipasi. Hal ini di sebabkantonus otot usus menurun selama proses
persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan,dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir.
Sistem pencernaan pada masa nifas membutuh kan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali
teratur , antara lain :
1) Pemberian
diet/makanan yang mengandung serat
2) Pemberian
cairan yang cukup
3) Pengetahuan
tentang pola eliminasi pasca melahir kan
4) Pengetahuan
tentang perawatan luka jalan lahir
5) Bila
usaha di atas tidak berhasil dapat di lakukan pemberian huknah atau obat yang
lain.
3.
Perubahan
Fisiologi Masa Nifas Pada Sistem Perkemihan
Pada masa hamil, perubahan hormonal
yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan
fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada
pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi
ginjal. Fungsi ginjal kembali normal pada waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Urin dalam jumlah besar akan di hasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan.
Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara
lain :
a. Hemostatis internal
Tubuh, terdiri dari air dan
unsur-unsur yang larut di dalam nya, dan 70% dari cairan tubuh terletak di
dalam sel-sel, yang di sebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi dalam plasma
darah, dan langsung di berikan untuk sel-sel yang di sebut cairan interstisial.
Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan
dehidrasi. Edema adalah tertimbun nya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam
tubuh . Dehidrasi adalah kekurangan
cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti.
b. Keseimbangan asam basa
tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal
PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH
< 7,35 di sebut asidosis.
c. Pengeluaran sisa
metabolisme,
racun dan zat toksin ginjal.
Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolism
protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin.Ibu
post partum di anjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman . Namun demikian, pasca melahir kan ibu merasa
sulit buang air kecil.
Hal
yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain :
1) Adanya oedema trigonium yang
menimbulkan obstruksi sehingga
terjadi retensi urin.
2)
Diaforesis yaitu
mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan
yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3)
Depresi dari sfingter
uretra oleh
karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani
selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta di lahirkan, kadar hormon estrogen
akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan
hilangnya peningkatan
volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mengatasi berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
Kehilangan cairan melalui keringat dan
peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan penurunan berat badan sekitar 2,5
Kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama
hamil kadang-kadang di sebut kebalikan metabolism air pada masa hamil (reversal of the water metabolism of
pregnancy).
Rotveit dkk (2003) menyatakan bahwa
resiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan pervaginam sekitar 70%
lebih tinggi di bandingkan resiko serupa pada persalinan dengan Sectio Caesar.
Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia (biasanya stress
inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca
persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
pada otot dasar panggul.
Bila wanita pasca persalinan tidak
dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan munkin ada masalah dan sebaik
nya segera di pasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan tak
dapat berkemih salam waktu 4 jam, lakukan kateterisai dan bila jumlah residu
> 200 ml maka kemungkinan ada gangguan
proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan di Buka 4 jam kemudian,
bila volume urine < 200 ml, kateter di buka dan pasien di harapkan dapat
berkemih seperti biasa.
4.
Perubahan
Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Muskuloskeletal.
Perubahan
sistem musculoskeletal
terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi musculoskeletal
ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran
rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum system
musculoskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini di lakukan
segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat
involusi uteri.
Adaptasi sistem
musculoskeletal pada masa nifas, meliputi :
a. Dinding perut dan
peritoneum
Dinding perut akan longgar pasca persalinan.
Keadaan ini akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis
terjadi diastasis dari otot-otot rectusabdominis, sehingga sebagian dari
dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan
kulit.
b. Kulit abdomen
Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan
melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-ototdari dinding
abdomen dapat
kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan
post natal.
c. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti
jaringan perut pada dinding abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat
menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat
diastasismuskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat di kaji melalui
keadaan umum, aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
d. Perubahan ligamen
Setelah janin lahir,
ligament-ligamen,diafragma pelvis
dan fasia yang menegang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut
kembali seperti
sedia kala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.
e. Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi.
Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari
pemisahan simpisis
pubis antara lain : nyeri
tekan pada pubis di sertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur atau
pun saat berjalan. Pemisahan simpisis
dapat di palapasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau
bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal
yang timbul pada masa pasca partum antara lain :
1)
Nyeri
punggung bawah
Nyeri punggung
merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini di
sebabkan ada nya ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi
saat persalinan. Penanganan
: selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya di rujuk pada
fisioterapi untuk mendaptkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi
istirahat, dan aktivitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri
elektro terapeutik
dikontra indikasikan
selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat memberikan rasa nyaman
pada pasien.
2)
Sakit
kepala dan nyeri leher
Pada minggu
pertama dan tiga bulan setela melahirkan, sakit kepala dan migran biasa terjadi. Gejala ini
dapat mempemgaruhi aktivitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit
kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah
pemberian anestasi umum.
3)
Nyeri
pelvis posterior
Nyeri pelvis
posterior ditunjukan untuk nyeridn disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini
timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis fubisyang ditandai
nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumou berat badan serta
timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke
bokong dan paha posterior. Penanganan
: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahat
kan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta
mengurangi aktivitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri.
4)
Disfungsi
simfisis pubis
Merupakan istilah yang
menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di
sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin
tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi
ini tidak menjalankan fungsi semestinya , akan terdapat fungsi /stabilitas pelvis
yang abnormal, di perburuk dengan terjadi nya perubahan mekanis, yang dapat
mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk
menumpu berat badan dan di sertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan : tirah
baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang
lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihanabdomen yang tepat; latihaan
meningkat kan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang
sesuai.
5)
Diastasis
rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan
otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi imbilikus
(Nouble,1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat
peregangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi
paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Slain itu, juga disebabkan
gangguan kolagen yang lebih kearah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami
diastatis. Penanganan
: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus;
memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xiroid sternum
sampai di bawah panggul; latihan transverses dan pelvis dasar sesering mungkin,
pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut;
memastikan tidak melakukan latihan sit-up
atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari-hari, menindaklanjuti
pengkajian oleh ahli fisoterapi selama di perlukan.
6)
Osteoporosis
akibat kehamilan
Osteoporosis timbul pada trimester
ketiga atau pasca natal. Gejala ini di tandai dengan nyeri, fraktur tulang
belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan),
ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal,
berkurang nya tinggi badan,
postur tubuh yang buruk.
7)
Disfungsi
dasar panggul
Disfungsi dasar panggul, meliputi :
a)
Inkontinensia
urin
Inkontenensia urin
adalah keluhan rembesan urin yang tidak di sadari. Masalah berkemih yang paling
umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stress. Terapi : selama masa
antenatal, ibu harus di beri pendidikan mengenai dan dia anjurkan untuk
mempraktikan latihan otot dasr panggul dan transverses sesering mungkin,
memfiksasi otot ini serta otot transverses selama melakukan aktivitas yang
berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan
dasar panggul dan transverses segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap
menderita gejala ini di saran kan untuk di rujuk ke ahli fisioterapi yang akan
mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memeberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan
stimulasi.
b)
Inkontinensia
alvi
Inkontinensia alvi disebabkan
oleh robek nya atau meregangnya sfinger anal atau kerusakan yang
nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan. Penanganan : rujuk ke ahli
fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus. (Snooks et al, 1985)
c)
Prolaps
Prolaps genetalia dikaitkan dengan
persalinan per vagina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada
fasia dan persarafan pelvis.Prolaps uterus adalah penurunan uterus. Sistokel
adalah prolaps kandung kemih dalam vagina, sedangkan rektokel adalah prolaps
rectum kedalam vagina. Gejala
yang di rasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain; merasakan ada
sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri), nyeri punggung dan sensasi tarikan
yang kuat. Penanganan
: prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul. (Thakar &
Stanton, 2002)
5.
Perubahan
Fisiologis Masa Nifas
Pada Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan
terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain :
a.
Hormon
Plasenta
Pengeluaran
plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormone plasenta (human placenta lactogen) menyebabkan
kadar gula darah menurun pada masa nifas. Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
b.
Hormon
pituitary
Hormon pituary antara lain : hormon prolaktin, FSH dsn LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi
terjadi.
c.
Hipotalamik
pituitary ovarium
Hipotalamik
pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita
yang menyusui maupun tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16% dan 45% setelah 12
minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan
menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24
minggu.
d.
Hormon
oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari
kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitosin berperan dalam pelepasan
plasenta dan mempertahan kan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi
uteri.
e.
Hormon
estrogen dan progesterone
Volume darah normal selama
kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormone anti
diuretic yang dapat meningkat kan volume darah. Sedangkan hormone progesterone
mempengarungi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina.
6.
Perubahan
Fisioogis Masa Nifas Pada Tanda-tanda Vital
Pada masa nifas,tanda-tanda vital yang harus dikaji
antara lain:
a.
Suhu
Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak
lebih dari 37,2 Derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang
lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat
dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang
lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini
diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun
kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain . Apabila kenaikan suhu diatas 38
derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
b.
Nadi
Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi
bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
c.
Tekanan
Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang
dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh
anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara
90-120 mmHg dan diastolic 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan
oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan
tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat
jarang terjadi.
d.
Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada
orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya
pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partu menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok.
7.
Perubahan Fisiologis Pada Sistem Kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan
plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkat selama kehamilan. Diusresis
terjadi akibat adanya penurunan hormone esterogen, yang dengat cepat mengurangi
volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar esterogen menurun selama
nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi dari pada normal. Plasma darah tidak
banyak mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat. Aliran ini terjadi
dalam 2-4 jam pertama kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan bayak
sekali jumlah urin.
Hilangnya progesterone membantu mengurangi
retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan tersebut
selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan. Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar
300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi
dua kali lipat. Perubahan yang terjadi dari volume darah dan hemokonsentrasi.
Pada persalinan per vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan ppersalinan seksio
sesarea, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelam 4-6
minggu. Pasca
melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan
bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita
vitum cordial.
Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme
konpensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali
seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
post partum.
8.
Perubahan
Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir
kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat.
Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan factor pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah
sel-sel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan
tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah
putih akan tetap bias naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin,
hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh stauts gizi dan
hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua
lebih rendah dari titik 2 persen atau
lebih tinggi dari pada saat memasuki persalinan awal, maka pasien
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak.
Titik 2 persen kuranglebih saa dengan
kehilangan darah 500ml darah. Penurunan
volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan dengan
peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke 3-7 post partum dan akan
normal pada 4-5 minggu post partum. Jumlah kehilangan darah selama masa
persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800
ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml.
C.
Proses
adaptasi psikoligis ibu dalam masa nifas
1.
Adaptasi
psikologis ibu dalam masa nifas
Proses adaptasi psikologis
sudah terjadi
selama kehamilan, menjelang proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada
periode tersebut, kecemasan seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik
dialami oleh ibu setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan
terbuka untuk bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu
memerlukan adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah.
Hal-hal yang dapat membantu ibu
dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a) Fungsi
menjadi orang tua.
b) Respon dan dukungan dari
keluarga.
c) Riwayat
dan pengalaman kehamilan serta persalinan.
d) Harapan,
keinginan dan aspirasi saat hamil dan melahirkan.
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas
antara lain:
1) Fase taking in
Fase ini merupakan periode
ketergantungan, yang berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Ibu terfokus pada diri nya sendiri, sehingga cenderung pasif
terhadap lingkungannya. Ketidaknyamanan
yang di alami antara lain rasa mules, nyeri pada luka jahitan, kurang
tidur,kelelahan. Hal yang perlu diperhatikam pada fase ini adalah istirahat
yang cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat
dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
(a) Kekecewaan
pada bayi nya.
(b) Ketidaknyamanan
sebagai akibat perubahan fisik yang dialami.
(c) Rasa
bersalah karena belum biasa
menyusui bayi nya.
(d) Kritikan
suami atau keluarga tentang perawatan bayinya.
2) Fase taking hold
Fase ini
berlansung antara 3-10 hari
setelah melahirkan. Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab
dalam perawatan bayi nya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal yang perlu
diperhatikan adalah komunikasi yang baik, Dukungan dan pemberian
penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas bidan
antara lain : mengajarkan cara perawatn bayi, cara menyusui yang benar, cara
perawatan luka jahitan, senam nifas, pndidikan kesehatan gizi, istirahat,
kebersihan diri dan lain-lain.
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran baru nya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayi nya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayi nya. Ibu
merasa percaya
diri akan peran baru nya, lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan
bayinya. Dukungan suami dan keluarga dapat membantu merawta bayi. Kebutuhan
akan istirahat masih diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas
adalah sebagai berikut :
(a) Fisik.
Istirahat,
asupan gizi, lingkungan bersih.
(b) Psikologi.
Dukungan
dari keluarga sangat diperlukan.
(c) Sosial.
Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani saat ibu merasa
kesepian.
(d)Psikososial.
2.
Post
partum Blues
Keadaan dimana ibu merasa sedih berkaitan
dengan bayi nya di sebut
baby blues. Penyebab nya antara lain:
perubahan perasaan saat hamil, perubahan fisik dan emosional. Perubahan yang
ibu alamai akan kembali secara perlahan setelah beradaptasi dengan peran ibu
nya.
Gejala
baby blues antara lain:
a) Menangis.
b) Perubahan
perasaan.
c) Cemas.
d) Kesepian.
e) Khawatir
dengan bayinya.
f) Penurunan
libido.
g) Kurang
percaya diri.
Hal-hal yang disarankan
pada ibu adalah sebagai berikut :
1) Minta
bantuan suami atau keluarga jika ibu ingin istirahat.
2) Beritahu
suami tentang apa yang di rasakan oleh ibu.
3) Buang
rasa cemas atau khawatir akan kemampuan merawat bayi.
4) Meluangkan
waktu dan cari hiburan untuk diri sendiri.
Ibu merasakan kesedihan karena
kebebasan, otonomi, interaksi social, kurang kemandirian. Hal ini akan
mengakibatkan depresi pasca persalian (depresi post partum). Depresi masa nifas
merupakan gangguan afeksi yang sering terjadi pada masa nifas, dan tampak dalam
minggu pertama pasca persalinan. Insiden depresi post partum sekitar 10-15
persen. Postpartum blues disebut juga maternity blues atau sindrom ibu baru.
Keadaan ini merupakan hal yang serius, sehingga ibu memerlukan dukungan dan
banyak istirahat. Adapun gejala dari depresi post partum adalah :
(a) Sering
menangis.
(b) Sulit
tidur.
(c) Nafsu
makan hilang.
(d) Gelisah.
(e) Perasaan
tidak berdaya atau hilang control
(f) Cemas
atau kurang perhatian pada bayi.
(g) Tidak
menyukain atau takut menyentuh bayi.
(h) Pikiran
menankutkan mengenai
bayi.
(i) Kurang
perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.
(j) Perasaan
bersalah dan putus harapan (hopeless).
(k) Penurunan
atau peningkatan berat badan.
(l) Gejala
fisik, seperti sulit bernafas atau perasaan berdebar-debar.
Beberapa faktor predisposisi
terjadinya depresi post partum adalah sebagai berikut :
(1) Perubahan
hormonal yang cepat (yaitu hormone prolaktin, steroid, progesterone, dan
estrogen).
(2) Masalah
medis dalam kehamilan (PH, diabetes mellitus, disfungsi tiroid).
(3) Karakter
pribadi (harga diri, ketidakdewasaan).
(4) Marital dysfunction atau
ketidakmampuan membina hubungan dengan orang lain.
(5) Riwayat
depresi, penyakit mental dan alkoholik.
(6) Unwanted pregnancy.
(7) Terisolasi.
(8) Kelemahan,gangguan
tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, kelahiran anak dengan
kecacatan/penyakit.
Jika ibu mengalami gejala-gejala di atas,
maka segeralah memberitahu suami,bidan atau dokter. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan atau
konsultas dengan psikiater. Perawatan dirumah sakit akan diperlukan apabila ibu
mngalami depresi berkepanjangan.
Beberapa intervensi yang dapat membantu ibu terhindar dari
depresi post partum antara lain :
a.
Pelajari diri sendiri.
b.
Tidur dan makan yang
cukup.
c.
Olahraga.
d.
Hindari perubahan hidup
sebelum atau sesudah melahirkan.
e.
Beritahukan perasaan
anda.
f.
Dukungan keluarga dan
orang lain.
g.
Persiapan diri yang
baik.
h.
Lakukan pekerjaan rumah
tangga.
i.
Dukungan emosional
j.
Dukungan kelompok
depresi post partum.
k.
Bersikap tulus ikhlas
dalam menerima peran barunya.
1)
Depresi Berat
Depresi
berat disebut juga dengan sindrom depresi non psikotik pada kehamilan sampai
beberapa minggu/bulan setelah melahirkan.
Gejala-gejala depresi
berat adalah :
(a) Perubahan
mood.
(b) Gangguan
tidur dan pola makan.
(c) Perubahan
mental dan libido.
(d) Pobhia,
ketakutan menyakiti diri sendiri atau bayi nya.
Penatalaksaan depresi berat adalah sebagai berikut :
(1) Dukungan
keluarga dan sekitar.
(2) Terapi
psikologis.
(3) Kolaborasi
dengan dokter.
(4) Perawatan
rumah sakit.
(5) Hindari
rooming in dengan bayi nya.
2) Psikosis
Post Partum
Insiden
psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi dalam masa
kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis post partum muncul beberapa hari sampai
4-6 minggu post partum.
Faktor penyebab psikosis post partum antara lain :
(a) Riwayat
keluarga penderita psikiatri.
(b) Riwayat
ibu menderita psikiatri.
(c) Maslah
keluarga dan perkawinan.
Gejala psikosis
post partum sebagai berikut :
(1) Gaya
bicara keras.
(2) Menarik
diri dari pergaulan.
(3) Cepat
marah.
(4) Gangguan
tidur.
3.
Kesedihan
dan Duka cita
Berduka yang paling besar adalah disebabkan karena
kematian bayi meskipun kematian terjadi saat kehamilan. Bidan harus memahami
psikologis ibu dan ayah untuk membantu mereka melalui pasca berduka dengan cara
yang sehat. Berduka
adalah respon psikologis terhadap kehilangan. Proses kehilangan terdiri dari
tahap atau fase identifikasi respon tersebut.
Tugas berduka, istilah ini
diciptakan oleh Lidermann, menunjukan tugas bergerak melalui tahap proses
berduka dalam menentukan hubungan baru yang signifikan. Berduka adalah proses normal, dan
tugas berduka penting agar berduka tetap normal. Kegagalan melakukan tugas berduka,
biasanya disebab kan keinginan untuk menghindari nyeri yang sangat berat dan
stress serta ekspresi yang penuh emosi. Seringkali menyebabkan reaksi berduka
abnormal atau patologis.
Tahap-tahap
berduka :
a)
Syok
Merupakan respon awal individu
terhadap kehilangan. Manifestasi perilaku dan perasaan meliputi : penyangkalan,
ketidakpercayaan, putus asa, ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan,
kesendirian,kesepian, isolasi, mati rasa, intoversi (memikirkan dirinya
sendiri) tidak rasional, bermusuhan, kebencian kegetiran, kewaspadaan akut,
kurang inisiatif, tindakan mekanis, mengasingkan diri, berkhianat, frustasi,
memberontak dan kurang konsentrasi.
Manifestasi klinis :
1) Gel
distress somatic yang berlansung selama 20-60 menit
2) Menghela
nafas panjang
3) Penurunan
berat badan
4) Anoreksia,
tidur tidak tenang, keletihan, dan gelisah
5) Penampilan
kurus dan tampak lesu
6) Rasa
penuh ditenggorokan, tersedak, nafas pendek, nyeri dada, gemetaran internal.
7) Kelemahan
umum dan kelemahan tertentu pada tungkai.
b)
Berduka
Ada penderitaan, fase realitas.
Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan upaya terhadap realitas yang harus ia
lakukan terjadi delama periode ini. Contoh nya orang yang berduka menyesuaikan
diri dengan lingkungan tanpa ada orang yang disayangi atau menerima fakta
adanya pembuatan penyesuaian yang diperlukan dalam kehidupan dan membuat
perencanaan karena ada nya deformitas.
Nyeri karena kehilngan dirasakan
secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang
dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan.
Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat. Menangis adalah
salah satu bentuk pelepasan yang umum. Selain masa ini, kehidupan orang yang
berduka terus berlanjut. Saat individu terus, melanjutkan tugas berduka.
Dominasi kehilngan secara bertahap menjadi ansietas terhadap masa depan.
c)
Resolusi
Fase menetukan hubungan baru yang
bemakna. Selama periode ini seseorang yang berduka menerima kehilangan,
penyesuain telah komplet dan individu kembali pada fungsinya secara penuh. Kemajuan
ini berasal dari penanaman kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang
bermakna.
Manifesta perilaku reaksi berduka abnormal atau
patologis meliputi :
(1) Menghindari
dan distorsi pernyataan emosi berduka normal
(2) Depresi
agitasi, kondisi psikosomatik, mengalami gejala penyakit menular atau terakhir
yang di derita orang yang meninggal.
(3) Aktivitas
yang merusak keberadaan sosial
ekonomi individu
(4) Mengalami
kehilangan pola insteraksi sosial.
Tanggung jawab utama bidan dalam
peristiwa kehilngan adalah membagi informasi tersebut dengan orang tua. Bidan
juga harus mendorong dan menciptakan lingkungan yang aman untuk pengungkapan
emosi berduka. Jika kehilangan terjadi pada awal kehamilan. Bidan dapat di
panggil untuk berpartisipasi dalam perawatan.
(a)
Kemurungan
masa nifas
Kemurungan masa
nifas disebabkan perubahan dalam tubuh selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Kemurungan pda masa nifas merupakan hal yang umum, perasaan-perasaan demikian
akan hilang dalam dua minggu setelah melahirkan. Tanda-tanda dan gejala kemurungan
masa nifas antara lain : emosional, cemas, sedih, khawatir, mudah tersinggung,
cemas, hilang semangat, mudah marah, sedih tanpa sebab, sering menangis. Etiologi : perubahan
yang terjadi dalam kehamilan, perubahan cara hidup, perubahan hormonal.
Kemungkinan
dapat menjadi semakin parah akibat ketidaknyaman jasmani, rasa letih, stress,
maupun kecemasan. Penatalaksanaan
: bicarakan apa yang di alami
ibu, temani ibu, beri kesempatan ibu untuk bertanya, beri dorongan ibu untuk
merawat bayinya,biarkan ibu untuk bersama dengan bayinya, gunakan obat bila
perlu.
(b)
Terciptanya Ikatan Ibu dan Bayi
Menciptakan ibu dan bayi di lakukan
segera setelah kelahiran dengan cara memotivasi pasangan orang tua untuk
memegang dan menyentuh
bayinya, memberi
komentar positif, melatakan bayi disamping ibu nya.
D. Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
1.
Nutrisi
dan cairan
Ibu nifas memerlukan nutrisi dan
cairan untuk pemulihan kondisi kesehatan setelah melahirkan, cadangan tenaga
serta untuk memenuhi produksi air susu. Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi
kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
a. Mengonsumsi
makanan tambahan, kurang lebih 500 kalori tiap hari.
b. Makan
dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral.
c. Minum
sedikit nya 3 liter setiap hari.
d. Mengonsumsi
tablet besi selama 40 hari post partum.
e. Mengonsumsi
vitamin A 200.000 intra unit.
Zat-zat yang dibutuhkan ibu pasca persalinan antara
lain :
1)
Kalori
Kebutuhan kalori pada masa menyusui sekitar 400-500
kalori. Wanita dewasa memerlukan 1800 kalori per hari. Sebaiknya ibu nifas
jangan mengurangi kebuthan kalori, kerena akan mengganggu proses metabolisme tubuh dan menyebabkan ASI rusak.
2)
Protein
Kebutuhan protein yang dibutuh kan
adalah 3 porsi per hari. Satu protein setara dengan 3 gelas susu, dua butir
telur, lima putih telur, 120 gramm keju, 1 ¾ gelas youghurt, 120-140
gram ikan/daging/unggas, 200-240 gram tahu atau 5-6 sendok selai kacang.
3)
Kalsium
dan vit D
Kalsium dan vit D berguna untuk
pembentukan tulang dan gigi. Kebutuhan kalsium dan vit D di dapat dari minum
susu rendah kalori atau berjemur di pagi hari. Konsumsi kalsium pada masa
mnyusui meningkat menjadi 5 porsi per hari. Satu setara dengan 50-60 gram keju,
satu cangkir susu krim, 160 gram ikan salmon, 120 gram ikan sarden, atau 280
gram tahu kalsium.
4)
Magnesium
Magnesium dibutuh kan sel tubuh
untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tualng, kebutuhan
magnesium di dapat pada gandum dan kacang -
kacangan.
5)
Sayuran
hijau dan buah
kebutuhan yang di perlukan sedikit
nya tiga porsi sehari. Satu porsi setara dengan 1/8 semangka, ¼ mangga, ¾
cangkir brokoli, ½ wortel, ¼-1/2 cangkir sayuran hijau yang telah di masak,
satu tomat.
6)
Karbohidrat
kompleks
Selama menyusui, kebutuhan
karbohidrat komplek dperlukan 6 porsi per hari. Satu porsi setara dengan ½
cangkir nasi, ¼ cangkir jagung pipil, satu porsi sereal atau oat, satu iris
roti dari bijian utuh, ½ kue mufiin dr bijian utuh,n 2-6 biskuit kering ata
crakers, ½ cangkir kacang-kacangan, 2/3 cangkir kacang koro, atau 40 gram
mi/pasta dari bijian utuh.
7)
Lemak
Rata-rata kebutuhan lemak dewasa
adalah 41/2 porsi lemak (14 gram perporsi)
perharinya. Satu porsi lemak sama dengan 80 gram keju, tiga sendok makan kacang
tanah atau kenari, empat sendok makan krim, secangkir eskrim, ½ bauh alpukat,
dua sendok makan selai kacang, 10-140 gram daging tanpa lemak, Sembilan kentang
goring, dua iris cake, satu sendok makan mayones,atau mentega, atau dua sendok
makan saus salad.
8)
Garam
Selama periode
nifas, hindari konsumsi garam berlebihan. Hindari makanan asin seperti kacang
asin, keripik kentang atau acar.
9)
Cairan
Konsumsi cairan sebnyak 8 gelas per
hari. Minum sedikit nya 3 liter setiap hari. Kebutuhan akan cairan di peroleh
dari air putih, sari buah, susu dan sup.
10)
Vitamin
Kebutuhan
vitamin selama menyusui sangat dibutuh kan. Vitamin yang diperlukan antara lain
:
a.
Vitamin A yang berguna
bagi kesehatan kulit, kelenjar serta mata. Vitamin A terdapat dalam telur, hati
dan keju. Jumlah yang dibuth kan adalah 1,300 mcg.
b.
Vitamin B6 membantu
penyerapan protin dan meningkatkan fungsi syaraf. Asupan vitamin B6 sebnyak 2,0
mg per hari. Vitamin B6 dapat di temui di daging, hati, padi-padian, kacang
polong dan kentang.
c.
Vitamin E berfungsi
sebagai anti oksidan, meningkat kan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat
dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati, dan gandum.
11)
Zinc (seng)
Berfungsi untuk
kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan pertumbuhan, kebutuhan zinc di dalam
seefood, hati dan daging. dapat dalam daging, telur dan gandum. Enzim dalam
pencernaan dan metabolism memerlukan seng. Kebutuhan seng setiap hari sekitar
12 mg.
12)
DHA
DHA penting untuk perkembangan daya
lihat dan mental bayi. Asupan DHA berpengaruh langsung pada kandungan dalam
ASI. Sumber DHA ada pada telur, otak, hati dan ikan.
2.
ambulasi
Setelah bersalin, ibu akan merasa
lelah. Oleh karena itu, ibu harus istirahat. Mobilisasi yang di lakukan tergantung pada komplikasi
persalian, nifas dan sembuhnya luka. Ambulasi dini (early ambulation) adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan
dengan membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidur nya, ibu post partum
diperbolehkan bangun dari tempat tidur nya 24-48 jam setelah melahirkan. Anjurkan
ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk kemudian berjalan.
Keuntungan
ambulasi dini adalah:
a)
Ibu merasa lebih sehat
dan kuat
b)
Fungsi usus, sirkulasi,
paru-paru, dan perkemihan lebih baik,
c)
Memungkin kan untuk
mngajarkan perawatan bayi pada ibu
d) Mencegah
thrombosis pada pembuluh tungkai
e)
Sesuai dengan keadaan
Indonesia (social ekonomis).
Menurut penelitian mobilisasi dini
tidak berpengaruh bruk, tidak menyebabkan
perdarahan abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episotomi maupun luka
diperut, serta memperbesar kemungkinan prolapsus uteri. Early ambulation tidak
dianjurkan padak ibu pos partum dengan penyulit, seperti anemia, penyakit
jantung, penyakit paru-paru, demam, dan sebagainya.
3.
eliminasi
a)
Miksi
Buang air kecil sendiri sebaik nya
dilakukan secepat nya. Miksi normal biala dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.
Kesulitan BAK dapat disebabkan karena
spingter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulospingter ani selama persalinan, atau dikarenakan oedema kandung kemih selama
persalinan. Lakukan keteterisasi apabila kandung kemih penuh dan sulit
berkemih.
b) Defeksasi
Ibu di harapkan dapat BAB sekitar 3-4
hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet
teratur: cukup cairan; konsumsi makanan berserat; olah raga; berikan obat
rangsangan per oral/per rectal atau lakukan klisma bilamana perlu.
4.
Kebersihan
diri
Kebersihan diri berguna untuk
mengurangi infeksi dan meningkat kan perasaan nyaman. Kebersihan diri meliputi
kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan. Beberapa hala yang
dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai
berikut :
a. Mandi
teratur minimal 2 kali sehari.
b. Mengganti
pakaian dan alas tempat tidur
c. Menjaga
lingkungan sekitar tempat tinggal.
d. Melakukan
perawatan perineum
e. Mengganti
pembalut minimal 2 kali sehari
f. Mencuci
tangan setiap membersihkan daerah genetalia.
5.
istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang
cukup,istirahat tidur yang dibuuh kan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari
dan 1 jam pada siang hari. Hal-hal
yang dapat dilakukan ibu dalam memenuhi kebutuhan istirahat nya antara lain:
a.
Anjurkan ibu untuk
cukup istirahat.
b.
Sarankan ibu untuk
melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan.
c.
Tidur siang atau
istirahat saat bayi tidur.
Kurang istirahat dapat menyebabkan :
1)
Jumlah ASI berkurang.
2)
Memperlambat proses
involusio uteri
3)
Menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan merawat bayi.
6.
seksual
Hubungan seksual aman dilakukan
begitu darah berhenti. Namun demikian hubungan seksual dilakukan tergantung
suami istri tersebut. Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat
berkurang. Hal
yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain:
a) Gangguan/ketidaknyamanan
fisik.
b) Kelelahan
c) Ketidakseimbangan
hormone
d) Kecemasan
berlebihan
Program KB sebaik nya dilakukan ibu
setelah nifas selesai atau
4 hari (6minggu), sengan tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan
hubungan seksual sebaik nya perhatikan waktu, penggunaan konstrapsi, dispareuni
, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri.
Beberapa cara yang dapat mngatasi
kemesraan suami istri setelah periode nifas antara lain:
1)
Hindari menyebut nama ayah dan
ibu
2)
Mencari pengasuh bayi
3)
Membantu kesibukan
istri
4)
Menyempatkan berkencan
5)
Meyakinkan diri
6)
Bersikap terbuka
7)
Konsultasi dengan
ahlinya.
7.
senam
nifas
Organ-organ tubuh
wanita akan kembali seperti semula sekitar 6 minggu. Oleh karena itu, ibu akan
berusaha memulihkan dan mengencangkan bentuk tubuhnya. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara latihan senam nifas. Senam nifas adalah senam yang di
lakukan sejak hari pertama melahirkan sampai dengan hari ke sepuluh.
Beberapa factor yang menentukan kesiapan
ibu untuk memulai senam nifas antara lain :
a)
Tingkat kebugaran tubuh
ibu
b)
Riwayat persalinan
c)
Kemudahan bayi dalam
pemberian asuhan
d)
Kesulitan adaptasi post
partum
Tujuan senam nifas adalah sebagai
berikut :
1) Membantu
mempercepat pemulihan kondisi ibu
2) Mempercepat
proses involusio uteri
3) Membantu
memulihkan dan mengencangkan otot panggul, perut dan perineum.
4) Memperlancar
pengeluaran lochea
5) Membantu
mengurangi rasa sakit
6) Merelaksasikan
otot-otot yang menunjang proses kehamilan dan persalinan
7) Mengurangi kelainan dan
komplikasi masa nifas
Manfaat senam nifas antara lain :
(a) Membantu
memperbaiki sirkulasi darah
(b) Memperbaiki
sikap tubuh dan punggung pasca persalinan
(c) Memperbaiki
otot tonus,pelvis dan peregangan otot abdomen
(d) Memperbaiki
dan memperkuat otot panggul
(e) Membantu
ibu lebih relaks dan segar pasca melahirkan
Senam nifas dilakukan pada saat ibu benar-benar
pulih dan tidak ada komplikasi atau penyulit masa nifas antara waktu malam.
Sebelum melakukan senam nifas , persiapan yang dapat dilakukan adalah :
(1)
Mengenakan baju yang
nyaman untuk olah raga
(2)
Minum banyak air putih
(3)
Dapat dilakukan di
tempat tidur
(4)
Dapat diiringi musik
(5)
Perhatikan keadaan ibu.
8.
perawatan
payudara
Untuk mencegah
masalah – masalah yang mungkin timbul pada ibu menyusui, sebaiknya perawatn
payudara dilakukan secara rutin. Seperti dikemukakan bahwa salah satu usaha
untuk memperbanyak ASI adalah dengan memberi perawatan khusus, yaitu dengan
memberi perawatan khusus, yaitu dengan pemberian rangsangan pada otot – otot
payudara. Perawatan payudara untuk memperbanyak ASI ada dua cara yaitu yang
dapat dilakukan bersamaan. Cara tersebut ialah pengurutan dan penyiraman
payudara. Pengurutan massase dilakukan untuk memberikan rangsangan pada
kelenjar air susu ibu untuk memproduksi air susu ibu. Pengurutan ini dilakukan
pada pagi dan sore, sebaiknya sebelum mandi, dan diteruskan dengan penyiraman
yang dilakukan bersamaan ketika mandi. Alat – alat yang diperlukan untuk
pengurutan dan penyiraman payudara :
a.
Pelumas kulit,
biasanya digunakan minyak kelapa, bedak talc, sabun dapat dipilih yang disukai
oleh ibu.
b.
Handuk
kecil/waslap/kain yang bersih, lembut, cukup tebal, dan mudah menyerap air,
sebanyak dua lembar untuk menggosok payudara sesudah diurut
c.
Handuk besar
dua lembar, yang satu lembar untuk menutup punggung dan satu lembar lagi untuk
mengeringkan dapat dipakai juga untuk mandi.
d.
Kom besar dua
buah untuk menampung air panas dan dingin.
e.
Kutang/bra
bersih yang sesuai dengan ukuran payudara ibu, serta perlengkapan pakaian
lainnya.
Cara mengerjakan :
a.
Alat – alat
disediakan didekat ibu. Cuci tangan dan lakukan pengurutan lebih dulu. Caranya
:
1) Kedua telapak tangan diberi bedak talc atau dibasuh
dengan minyak.
2) Payudara kiri diurut dengan tangan kiri dan yang kanan
diurut dengan tangan kanan (bila yang mengerjakan ibu sendiri). Bila dikerjakan
bidan atau perawat, payudara kiri diurut dengan tangan kanan, dan yang kanan
dengan tangan kiri.
3)
Pengurutan dari
arah tengah memutar kesamping, lalu ke bawah, dan kerjakan berulang selama 10 –
15 menit.
4) Bagian samping payudara diurut dari pangkal kearah puting
10 – 15 kali.
5) Pengurutan bagian bawah payudara ke arah puting 15 – 20
kali.
b.
Setelah
pengurutan, teruskan dengan penyiraman.
1)
Pasien duduk atau
berdiri, pakaian bagian ata dibuka, punggung ditutup dengan handuk.
2)
Kom air panas dan
dingin di sediakan, sebaiknya dikamar mandi.
3)
Pertama, siram
payudara dengan air hangat.
4)
Penyiraman
dilakukan dengan cepat sampai kurang lebih 10 kali, bergantian antara air
dingin dan air hangat, sampai air hangat turun suhunya.
5)
Penyiraman atau
pengguyuran terakhti ialah dengan air hangat.
Untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara, sebaiknya setiap kali menyusui gunakan
kedua payudara secara bergantian. Usahakan sampai payudara terasa kosong agar
produksi ASI tetap baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara yang terakhir
disusukan. Selama masa menyusui, sebaiknya ibu menggunakan kutang (bra/BH) yang
dapat menyangga payudara dan tidak terlalu ketat.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN POSTPARTUM PADA NY “S” P3A0 DI RB
MUTIARA BUNDA KECAMATAN CILEUNYI PERIODE 2013
A.
Asuhan
Postpartum 2 jam
No
Register : S6/13
Hari/Tanggal : Senin 25
februari 2013
Pengkaji : Inten Nurkomalawati
Waktu
pengkajian : 03.55 WIB
Tempat : RB MUTIARA BUNDA
I.
SUBJEKTIF
a.
identitas
ISTRI SUAMI
Nama :
Ny S Tn
y
Umur :
30th 35th
Alamat :
panyaungan rt 4/3 panyaungan
rt 4/3
Pekerjaan :
IRT buruh
Pend terakhir :
SMP SMP
Agama :
islam islam
b.
Keluhan utama : Tidak ada
c.
Riwayat obstetri lalu
Tabel 3.1 Riwayat obstetri lalu
No
|
KEHAMILAN
|
PERSALINAN
|
ANAK
|
NIFAS
|
KET
|
|||||||||
Uk
|
Penyulit
|
Jenis
persalinan
|
Tempat
|
penyulit
|
Penolong
|
BB
|
PB
|
JK
|
KET
|
Lama menyusui
|
penyulit
|
|
|
|
1.
|
9 bln
|
t.a.k
|
Normal
|
Di rumah
|
Tidak ada
|
Bidan&
paraji
|
2,5kg
|
42 cm
|
P
|
H
|
± 1 thn
|
t.a.k
|
|
|
2.
|
9 bln
|
t.a.k
|
Normal
|
Di rumah
|
Tidak ada
|
Bidan&
paraji
|
900gr
|
40 cm
|
P
|
H
|
± 2 thn
|
ada
|
|
BBLSR
|
d.
Riwayat persalinan sekarang
Tanggal
dan jam : 25 februari 2013
Tempat :
Rumah Bersalin
Penolong : Bidan
Jenis
Persalinan : Normal
Komplikasi
persalinan : Tidak ada
Robekan
Jalan lahir : Tidak ada
BB
Anak : 2600 gr
PB
Anak : 42 cm
Jenis Kelamin
: Laki laki
e.
Pola kehidupan
sehari – hari
-
Nutrisi
Ibu mengatakan bisa makan sejak setengah jam pasca
melahirkan, ibu menghabiskan 1 porsi nasi dan telor
-
Hidrasi
Ibu mengatakan sudah minum kurang lebih satu gelas
-
Personal hygiene
Ganti pembalut :
Ibu mengatakan belum ganti pembalut
-
Pola eliminasi
BAK :
1 kali sejak melahirkan
-
Pola istirahat
Ibu mengatakan belum tidur setelah melahirkan
-
Pola mobilisasi
Ibu mengatakan sudah ke kamar mandi
-
Pola kehidupan yang
merusak kesehatan
Ibu
mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
f.
Pemberian ASI
Frekuensi :
setiap bayi menginginkan
Lamanya : 10
– 15 menit
g.
Rencana penggunaan
kontrasepsi
Waktu penggunaan kontrasepsi : Sudah waktu selesai ari – ari keluar
(postplasenta)
Jenis kontrasepsi yang akan digunakan : IUD
h. Tanda – tanda bahaya pasca salin
II.
OBJEKTIF
a.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum :
Baik
Kesadaran :
composmentis
1.
Tanda – tanda vital
Tekanan
darah : 110/80 mmHg
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,5 oC
Nadi
: 80 x/menit
2. Wajah
Oedema : tidak ada
Sklera : putih (tidak ikterik)
Conjungtiva : merah muda (tidak anemis)
3. Leher
Pembengkakan
kelenjar tiroid : tidak ada
Pembengkakan kelenjar limfe :
tidak ada
Peningkatan vena jugularis : tidak ada
4. Payudara
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Keadaan
putting : kurang menonjol
Konsistensi : lunak
Pengeluaran
ASI : ada, banyak
5. Abdomen
Bekas
luka operasi : tidak ada
TFU : 1 jari dibawah pusat
Konsistensi : keras
Kandung
kemih : kosong
Diastasis
recti : tidak ada
6. Genetalia
Kebersihan : bersih
Jenis lochea :
rubra
Jumlah : ± 15 cc
Bekas
luka jahitan perineum : tidak ada
7.
Anus
Hemoroid
:
tidak ada
8. Kaki
Oedema :
tidak ada
Varises :
tidak ada
Refleks
patella : positif
III.
ANALISA : P3A0
postpartum 2 jam
IV.
PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan
hasil pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2.
Memberikan kapsul
vitamin A (200.000 IU) 1 buah tablet Fe 1x1 tab, antibiotik 3x500 mg dan
paracetamol 2x500 mg
Evaluasi : obat telah diberikan kepada ibu
3.
Mengajarkan ibu
massase uterus agar tidak terjadi perdarahan
Evaluasi : ibu bisa melakukannya
4.
Memberitau ibu agar
tidur supaya proses involusi berjalan dengan baik
Evaluasi : ibu mau melakukannya
5.
Membantu ibu untuk
memberikan ASI awal agar ibu mengetahui pentingnya ASI untuk bayinya
Evaluasi : ibu menyusui bayinya
6.
Memfasilitasi ibu
untuk bounding attachment dan rooming in agar bayinya tidak hipotermi dan
menjalin hubungan yang erat antara ibu dan bayinya
Evaluasi : ibu melakukannya
7.
Sebelum pulang,
berikan KIE ibu tentang :
-
BAB dan BAK yang
normal pada bayi
-
Perawatan payudara
dan teknik menyusui yang benar
-
Cara mengatasi
payudara kurang menonjol dengan teknik hoffman
-
ASI eksklusif dan
meyakinkan ibu untuk tidak memberikan dot/empeng
-
Menghindari rokok
dari jangkauan bayi karena akan mengganggu kesehatan bayi
-
Memberi kesempatan
kepada ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan terkait apa pun yang ingin di
tanyakan via telepon
8.
Melakukan informed
consent akan dilakukan kunjungan rumah pada minggu ke 1 postpartum yaitu
tanggal 27 februari 2013
Evaluasi : ibu menyetujuinya
B.
Asuhan
postpartum 3 hari
No Register : S6/13
Hari/Tanggal : Rabu 27 februari 2013
Pengkaji : Inten Nurkomalawati
Waktu pengkajian : 09.30 WIB
Tempat : Rumah pasien, panyaungan rt 4/3
I.
SUBJEKTIF
a.
Keluhan
ibu mengatakan susah BAB, tanda bahaya ibu nifas disangkal ibu.
b. Pola kehidupan sehari – hari
- Pola nutrisi
Makan Minum
Frekuensi :
2 – 3 kali/ hari frekuensi : 3 kali/ hari
Jenis : nasi
dan sayur jenis : air putih
- Personal hygiene
Mandi :
1 kali/hari
Ganti pembalut : 3
kali/hari
- Pola eliminasi
BAB : Belum BAB
BAK : 3
kali/hari
- Pola istirahat
Malam : 3 – 4 jam
Siang : tidak
pernah
- Pola mobilisasi
Ibu
mengatakan sudah kembali ke aktivitas pekerjaan rumah tangga nya
- Pola kehidupan yang merusak kesehatan
Ibu
mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
c. Pemberian ASI
- Frekuensi :
setiap bayi menginginkan
- Lamanya :
10 – 15 menit
II.
OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran :
composmentis
1.
Tanda – tanda vital
Tekanan
darah : 100/70 mmHg
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Nadi
: 82
x/menit
2.
Wajah
Oedema : tidak ada
Sklera : putih (tidak
ikterik)
Conjungtiva : merah muda (tidak
anemis)
3.
Payudara
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Keadaan
putting : kurang menonjol
Konsistensi : lunak
Pengeluaran
ASI : ada, banyak
4.
Abdomen
Bekas
luka operasi : tidak ada
TFU :
3 jari dibawah pusat
Konsistensi : keras
Kandung
kemih : kosong
Diastasis
recti : tidak ada
5.
Genetalia
Kebersihan :
bersih
Jenis
lochea : rubra
Jumlah : ± 15 cc
Bekas
luka jahitan perineum : tidak
ada
6.
Anus
Hemoroid
: tidak ada
7.
Kaki
Oedema :
tidak ada
Varises : tidak ada
Refleks
patella : positif
8.
Pemeriksaan
penunjang
Protein
Urine : negatif
Glukosa
Urine : negatif
III.
ANALISA
: P3A0 postpartum 3 hari
IV.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
2.
Menganjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayuran hijau, protein tinggi dan
buah – buahan seperti sayur bayam, kangkung dan pepaya.
Evaluasi : Ibu
mau melakukannya dan berjanji akan memkonsumsinya
3.
Memberitahu ibu untuk minum 3 Liter perhari atau kurang lebih 8 gelas
perhari.
Evaluasi : ibu mau dan akan melakukannya
4. Menyarankan
ibu untuk tidur siang atau
beristirahat ketika bayinya tertidur agar ibu tidak terlalu kelelahan dan kurang istirahat karena kurang
istirahat dapat menyebabkan Jumlah
ASI berkurang Memperlambat
proses involusi uteri, Menyebabkan
depresi dan ketidakmampuan merawat bayi.
Evaluasi : Ibu
mengerti dan akan mencoba untuk tidur saat bayinya tertidur
5.
Menganjurkan ibu untuk mandi teratur minimal 2 kali sehari, melakukan perawatan
perineum yaitu mencucinya dari depan ke belakang dan mengeringkannya dengan
handuk bersih, mengganti pembalut minimal 6 kali sehari, dan mencuci tangan
setiap membersihkan daerah genetalia.
Evaluasi : Ibu mau
melakukannya
6.
Mengajarkan ibu untuk
senam nifas seperti senam kegel.
Evaluasi :
Ibu dapat mengikuti gerakan yang diajarkan pada senam nifas
7. Menjelaskan tanda – tanda bahaya pada masa nifas yaitu
a. demam tinggi,
b. perdarahan vagina yang luar biasa
c. nyeri abdomen
d. sakit kepala
parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan,
e. pembengkakan
wajah, jari –jari atau tangan,
f. rasa sakit atau merah bengkak di bagian betis atau kaki
tubuh lemas dan terasa seperti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas
terengah – engah,
g. kehilangan nafsu
makan dalam waktu yang lama,
h. sakit waktu buang air kecil.
Evaluasi : ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya pada
masa nifas dan akan memberitahu bidan bila mengalami salah satu tanda pada masa
nifas
8.
Memberitahu ibu
untuk kunjungan ulang yaitu tanggal 3 maret 2012 untuk pemeriksaan fisik ibu
dan imunisasi Hb0 dan polio untuk bayinya.
Evaluasi : ibu mengerti dan akan kontrol kembali satu
minggu kemudian pada tanggal 6 maret 2013
9.
Mendokumentasikan hasil
asuhan pada catatan SOAP.
Evaluasi : sudah di dokumentasikan
C. Asuhan
postpartum 7 hari
No Register : S6/13
Hari/Tanggal : Minggu 3
Maret 2013
Pengkaji : Inten Nurkomalawati
Waktu pengkajian : 09.30 WIB
Tempat : Rumah pasien, panyaungan rt 4/3
I.
SUBJEKTIF
a.
Keluhan
Tidak ada keluhan.
b. Pola kehidupan sehari – hari
- Pola nutrisi
Makan Minum
Frekuensi :
2 – 3 kali/ hari frekuensi : 3 kali/ hari
Jenis : nasi dan sayur jenis :
air putih
- Personal hygiene
Mandi :
1 kali/hari
Ganti pembalut : 3 kali/hari
- Pola eliminasi
BAB : Belum BAB
BAK : 3
kali/hari
- Pola istirahat
Malam : 3 – 4 jam
Siang : tidak
pernah
- Pola mobilisasi
Ibu
mengatakan sudah kembali ke aktivitas pekerjaan rumah tangga nya
- Pola kehidupan yang merusak kesehatan
Ibu
mengatakan tidak merokok,minum alkohol dan ketergantungan obat
c. Pemberian ASI
- Frekuensi :
setiap bayi menginginkan
- Lamanya :
10 – 15 menit
d. Tanda – tanda bahaya masa nifas
- Demam :
tidak ada
- Kelelahan/sulit tidur :
tidak ada
- Sakit kepala terus menerus : tidak ada
- Gangguan penglihatan :
tidak ada
- Bengkak pada payudara :
tidak ada
- Merasa kurang mampu merawat bayi : tidak ada
- Bengkak pada payudara, puting pecah – pecah: tidak ada
- Merasa kurang mampu merawat bayi : tidak ada
- Kesulitan dalam merawat bayi :
tidak ada
- Nyeri abdomen yang hebat : tidak ada
- Nyeri waktu BAK :
tidak ada
- Cairan per vaginam (lochea) yang berbau : tidak ada
- Konstipasi :
tidak ada
- Haemoroid :
tidak ada
- Kesedihan :
tidak ada
- Perdarahan :
tidak ada
II.
OBJEKTIF
a. Pemeriksaan fisik
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : composmentis
1.
Tanda – tanda vital
Tekanan
darah : 120/70
mmHg
Respirasi
: 21 x/menit
Suhu
: 36,7 oC
Nadi
: 82 x/menit
2.
Wajah
Oedema : tidak ada
Sklera : putih (tidak
ikterik)
Conjungtiva : merah muda (tidak
anemis)
3.
Leher
Pembengkakan
kelenjar tiroid : tidak ada
Pembengkakan kelenjar limfe : tidak ada
Peningkatan vena jugularis : tidak ada
4.
Payudara
Kebersihan : bersih
Bentuk : simetris
Keadaan
putting : kurang menonjol
Konsistensi : lunak
Pengeluaran
ASI : ada, banyak
5.
Abdomen
Bekas
luka operasi : tidak ada
TFU :
3 jari dibawah pusat
Konsistensi : keras
Kandung
kemih : kosong
Diastasis
recti : tidak ada
6.
Genetalia
Kebersihan :
bersih
Jenis
lochea :
rubra
Jumlah : ± 15 cc
Bekas
luka jahitan perineum : tidak
ada
7.
Anus
Hemoroid
: tidak ada
8.
Kaki
Oedema :
tidak ada
Varises : tidak ada
Refleks
patella : positif
9.
Pemeriksaan
penunjang
Protein
Urine : negatif
Glukosa
Urine : negatif
Hb : 11gr/%
III.
ANALISA : P3A0
postpartum 3 hari
IV.
PENATALAKSANAAN
1.
Memberitahukan hasil
pemeriksaan pada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik.
Evaluasi : Ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memastikan tidak adanya tanda – tanda bahaya masa nifas.
Evaluasi : tidak ada tanda – tanda bahaya
3.
Mengingatkan
kembali kepada ibu agar tetap makan makanan yang diet berimbang untuk
mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Evaluasi : ibu mengerti
4.
Mengingatkan
kembali kepada ibu tentang senam nifas agar selalu dilakukan agar proses
pemulihan berjalan dengan baik dan cepat.
Evaluasi : ibu
mengerti dan akan selalu melakukannya
5. Memberitahu ibu untuk kontrol 6 april 2013 untuk kontrol
benang IUD.
Evaluasi :ibu mengetahui
6. Mendokumentasikan hasil asuhan pada catatan SOAP.
Evaluasi : sudah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah
dilakukan pengkajian serta memberikan asuhan kebidanan pada NY “S” P3A0
DI RB MUTIARA BUNDA Kecamatan Cileunyi Periode 2013 penulis menyimpulkan bahwa
:
A. PENGKAJIAN
Pada postpartum normal dapat
ditandai dengan keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. Tanda – tanda
vital normal yaitu tekanan darah sistole : 100 -130 mmHg, diastole : 60 – 90
mmHg, nadi 60 – 80 x/menit. Pada hari ke satu sampai ketiga disebut lochea
rubra berwarna merah kehitaman, pada hari keempat sampai sepuluh disebut lochea
sanguinolenta berwarna coklat. TFU pada 2 jam postpartum masih 1 jari dibawah
pusat , 3 hari postpartum 3 jari dibawah pusat, 7 hari postpartum ,sudah
terletak dipertengahan antara pusat dan simfisis pubis. Konsistensinya keras,
laktasinya 1 – 3 hari colostrum kemudian ≥ 3 hari sudah terjadi pengeluaran
ASI. (prawirohardjo, 2005)
Pada Ny.S P3A0 di
dapat tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80kali/menit, pernafasan 22kali/menit dan
suhu 36,50C. Pada 2 jam postpartum TFU 1 jari di bawah pusat, 3 hari
postpartum TFU sudah 3 jari dibawah pusat dengan pengeluarn lochea sanguilenta,
konsistensi nya keras dan kontraksinya baik. 7 hari postpartum TFU terletak
antara pusat dan simpisis dengan pengeluaran lochea serosa. Maka tidak ada
kesenjangan antara teori dengan dilapangan.
B.
Interprestasi data
pada langkah interprestasi data pada Ny.S P3A0
Penulis menegakan diagnosa dengan melihat keadaan umum
ibu baik dan TTV yang di dapat tekanan darah : 110/80mmHg, nadi 79kali/menit,
pernafasan 22 kali/menit, suhu 36,50C dan HB 11gr% sesuai dengan
teori (prawirohardjo,2005). Jadi tidak ada kesenjanagan antara teori dengan
dilapangna, sehingga Ny S adalah postpartum normal. Diagnosa: P3A0 postpartum 2 jam
dengan keadaan umum baik P3A0 postpartum 3 hari, P3A0 postprtum 7 hari.
C.
Identifikasi
diagnosa dan masalah potensial
Pada teori diagnosa potensial yang muncul
dikaitkan dengan adanya kemungkinan komplikasi ibu nifas yaitu perdarahan postpartum
infeksi dan febris postpartum menurut teori (prawirihardjo,2005). Sedangkan
dilapangan Ny S postprtum tidak ditemukan masalah tersebut. Ada kesenjangan
antara teori dan kasus dilapangan.
D.
Merencanakan asuhan
yang menyeluruh
Perencanaan
pada Ny S P3A0 yaitu: pada 2 jam postpartum
1. Beritahu hasil pemeriksaan
2. Memberikan ibu vitamin A
3. Ajarkan ibu cara menilai uterus jika uterus lembek
4. Anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi agar produksi
agar asi nya stabil
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi agar terjadi cepat involusi
6. Ajarkan ibu cara menyusui yang benar,BAB dan BAK yang
normal pada bayi,Perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar,Cara
mengatasi payudara kurang menonjol dengan teknik hoffman,ASI eksklusif dan
meyakinkan ibu untuk tidak memberikan dot/empeng, Menghindari rokok dari
jangkauan bayi karena akan mengganggu kesehatan bayi, Memberi kesempatan kepada
ibu dan keluarga untuk menghubungi bidan terkait apa pun yang ingin di tanyakan
via telepon
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat
8. Informed consent untuk kunjungan rumah
Perencanaan pada Ny S P3A0
yaitu: pada 3 hari postpartum
a.
beritahu hasil pemeriksaan
b.
ajarkan pola
nutrisi dan hidrasi yang baik
c.
ajarkan personal
hygiene
d.
anjurkan istirahat
e.
ingatkan tanda
bahaya masa nifas
f.
beritahu tanggal
kunjungan ulang
Perencanaan pada Ny S P3A0
yaitu: pada 7 hari postpartum
1) beritahu hasil pemeriksaan
2) memastikan tidak ada tanda bahaya
3) mengingatkan untuk
menjaga pola nutrisi dan hidrasi
4) mengingatkan untuk senam nifas
5) mengingatkan kunjungan ulang
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah
dilakukan pengkajian pada Ny.S P3A0 di RB BUNDA AMINAH,
penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa postpartum normal terjadi perubahan
fisiologi, diantaranya perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lochea,
laktasi, perubahan psiki yang terjadi komplikasi. Pada Ny.S tidak ditemukan
komplikasi.
B.
Saran
Dari kesimpulan
yang telah disampaikan maka dalam kesempatan ini penulis menyampaikan saran
sebagai berikut :
1.
Bagi bidan
Diharapkan
adanya kerja sama antara petugas kesehatan dengan ibu/keluarga sehingga asuhan
efektif dan efisien.
2.
Bagi lembaga
pendidikan Stikes ‘Aisyiyah Bandung
Kegiatan
praktik berikutnya diharapkan lebih baik dan tepat waktu dalam melakukan
bimbingan pada kegiatan praktik klinik kebidanan (PKK1) agar dapat mencetak
bidan profesional.
DAFTAR
PUSTAKA
Yanti, damai.SST.
2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Jakarta : PT Revika Aditama
Bahiyatun, S.Pd,
S.Si.T. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta : EGC
Prawirohardjo,
Sarwono.2011. Ilmu Kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Wiknjosastro,
hanifah. 2011. Pelayanan kesehatan maternal neonatal. Jakarta : EGC
Sastrawinata,
Sulaeman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen
Rotveit,
dkk. 2003. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika
Aditama
Nouble,
1995. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika Aditama
Thakar,
station. 2002. Dalam buku “ Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta : PT Revika
Aditama